Coffee Break

Phil Jackson (NBA head coach with 10 championship rings) said "If you think practice is boring, try sitting on the bench. For every dream there is a sacrifice."

"Winning is about thinking one step ahead"

"Kemerdekaan sejati lahir dari keberanian mengikuti kata hati"

Wednesday, September 17, 2008

Peran Vital Mata dalam Olahraga - Happy Surprise, Your Future Will Rise

Pendahuluan
Mata adalah jendela hati. Lewat mata segala keindahan bisa dinikmati. Lewat mata bisa diketahui suasana hati, entah sedang gundah atau riang gembira.

Mata kita amat peka terhadap benda atau polusi lingkungan. Seringkali kita membiarkan mata menjadi lelah, terkena sinar matahari secara langsung, dan kadang membersihkannya menggunakan sembarang air sehingga mudah terinfeksi. Penggunaan obat-obatan secara serampangan juga dapat memperparah infeksi mata.

Saat terserang kotoran atau benda asing, mata melakukan refleks pertahanan dengan berkedip. Selain berkedip, mata pun melakukan mekanisme perlindungan terhadap benda asing dari luar dengan cara memproduksi cairan di sekitar bola mata melalui kelenjar mata. Berkedip juga merupakan cara pertahanan agar tetap segar dan tidak cepat lelah.

Apakah olahraga itu? Olahraga berasal dari bahasa Inggris Kuno, disportate, yang berarti bersenang-senang atau mengisi waktu luang bagi para kaum ningrat Inggris. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 mengenai Sistem Keolahragaan Nasional didefinisikan bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial.

Dalam GBHN, peran dan fungsi olahraga dalam tata masyarakat Indonesia sudah jelas, yaitu pertama, olahraga merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yaitu mencakup jasmani, mental, dan rohani. Olahraga juga ditujukan untuk pembentukan watak dan kepribadian, disiplin, dan sportivitas yang tinggi serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional.


Apa hubungan antara mata dengan olahraga? Subjek dalam olahraga prestasi adalah atlet. Agar dapat mengembangkan potensi jasmaninya guna mendapatkan prestasi maksimal, atlet mutlak harus memiliki kondisi fisik dan jasmani yang prima, salah satunya adalah mata.
Ada cabang olahraga yang sangat mengandalkan ketajaman mata yakni bulutangkis, tenis meja, tenis lapangan, panahan, menembak, bola basket, dan bisbol. Dalam bulutangkis, dengan menggunakan mata yang tajam, seorang pebulutangkis bisa menganalisis arah bola yang dipukul lawan lewat gerakan bahu, ayunan tangan, hingga pergelangan tangan. Di tenis meja, bentuk pukulan dari bet lawan bisa dari sudut pegangan tangan maupun dari sudut kontak antara bet dengan bola. Pergerakan bola yang sangat cepat dalam ping pong memerlukan ketajaman mata yang prima.

Peran Mata di Olahraga
Mata adalah bagian penting dalam olahraga. Agar bisa sukses, seorang atlet mesti bisa memaksimalkan kemampuan visualnya (visual skill) untuk ekstraksi berbagai informasi dari objek, tempat, dan event pertandingan. Dalam sebuah pertandingan, seusai menerima respons di retina, seorang atlet mesti segera mengambil keputusan atau tindakan. Seorang bek dalam sepakbola misalnya. Ia mesti segera memutuskan apakah akan mengejar lawan, melakukan tekel, ataukah minta bantuan teman terdekat ketika lawan berhasil merebut bola darinya.

Keterampilan visual (visual skill) atlet meliputi acuity, akomodasi mata, central field awareness, peripheral field awareness, daya jelajah mata (eye tracking), kedalaman persepsi (depth perception), koordinasi mata-tangan-kaki, visualisasi, dan memori visual (Zumerchik, 1997). Untuk acuity, dua hal yang terpenting adalah kemampuan mata mendeteksi benda diam (static) maupun benda yang bergerak (dynamic). Keterampilan ini juga berhubungan dengan reaksi mata.

Kemampuan akomodasi mata dalam olahraga adalah kecepatan mengubah fokus dari objek yang satu kepada objek yang lain. Central field awareness adalah kemampuan melihat benda yang ada di depan mata. Kemampuan ini diperlukan oleh seorang petenis dan seorang shooter dalam bola basket. Peripheral field awareness adalah kemampuan melihat di luar sudut mata. Seorang playmaker dalam bola basket biasanya memiliki kemampuan ini sehingga ia bisa melihat posisi rekannya meskipun berada tidak dalam radius sudut mata.


Daya jelajah mata (eye tracking) adalah kemampuan mengikuti objek yang bergerak cepat. Dalam olahraga tenis dan tenis meja, kemampuan jelajah mata yang tinggi akan memudahkannya membaca gerakan bola lawan dan bisa mengantisipasi pengembaliannya (returning).
Olahraga adalah salah satu aktivitas fisik dan rekreasi terpopuler di seluruh dunia. Namun, olahraga juga mencatat sebagai salah satu penyebab terbanyak terjadinya cedera mata. Cabang olahraga yang memiliki peringkat tertinggi terjadinya cedera adalah bola basket, olahraga air (water sports), bisbol, dan olahraga menggunakan raket.

Simaklah data ini. Di Amerika, dalam setahun terjadi kunjungan ke ahli mata sebanyak 100.000 kasus dengan total biaya mencapai US$ 175 juta atau sekitar Rp 1,61 triliun (Napier et. al., 1996).

Napier et. al. dalam kesimpulan penelitiannya juga mengatakan bahwa penyebab terbanyak cedera mata adalah tergores (abrasion) dan luka memar (contusion). Ada tiga klasifikasi dalam olahraga yang berpotensi menyebabkan cedera yakni risiko rendah, risiko tinggi, dan risiko sangat tinggi (very high risk). Rodriguez et. al. (2003) menyebutkan bahwa penyebab cedera mata adalah akibat benda tumpul (blunt), tusukan benda tajam (penetrating), dan radiasi (radiation injuries).

Contoh blunt trauma adalah bisbol. Pemukul (batter) berhasil membuat pukulan (hit) di mana lintasan bola mengarah ke muka dan atlet yang bersangkutan tidak sempat menghindarkan bola sehingga terkena mata. Cedera yang timbul akibat trauma ini adalah memar di sekitar mata yang diistilahkan black eye dan retak tulang di sekitar mata. Ancaman yang ditimbulkan adalah kehilangan penglihatan secara permanen.

Berolahraga di salju berpeluang terjadi radiation injuries yang sering disebut dengan buta salju (snow blindness). The University of Maryland School of Medicine mengategorikannya sebagai mata yang terbakar matahari (eye sunburn) dimana sinar matahari yang terlalu kuat diterima di bagian kornea. Konsekuensi yang ditimbulkan adalah kerusakan mata maupun penurunan penglihatan.

Sementara itu, penetrating injury terjadi ketika benda tajam langsung menyentuh mata. Di olahraga rugbi, sepakbola, bola basket, dan beladiri, cedera seperti ini sering terjadi. Ancaman yang ditimbulkan juga bermacam-macam mulai dari penurunan penglihatan hingga kebutaan.
Dari data The United States Eye Injury Registry for 1988-2000, 40% terjadinya cedera mata terbanyak terjadi di rumah (40%). Tiga tempat yang sering menyebabkan terjadinya cedera mata adalah di pabrik-pabrik, jalan raya, dan olahraga, masing-masing dengan persentase 13%. Penyebabnya 31% benda tumpul, 18% benda tajam, dan 9% tabrakan motor.

Selain faktor dari luar, cedera mata juga bisa disebabkan karena faktor dari dalam (intrinsik). Penggemar sepakbola internasional pasti mengenal Edgar Davids. Mantan bintang Juventus yang kini bermain untuk Ajax Amsterdam (Belanda) ini memiliki ciri khas pekerja keras, pantang menyerah, dan berkacamata di setiap pertandingan. Kacamata menjadi bagian penting bagi karier Davids sebab ia menderita penyakit mata glaukoma akut.

Glaukoma akut yang diderita Davids adalah terjadinya bular hijau pada mata karena cairan bening kornea dan lensa mata tertahan sehingga ia harus menjalani operasi di kedua matanya. Inilah sebabnya Davids memerlukan kacamata sebagai pelindung dari kotoran dan gangguan eksternal. FIFA, induk organisasi sepakbola internasional memberikan izin asalkan alat itu berbahan plastik dan tidak membahayakan atlet lain.

Alat Pelindung
American Academy of Pediatrics dan American Adacemy of Ophthalmology merekomendasikan bahwa pelindung mata harus digunakan, terutama di olahraga yang berpeluang menimbulkan cedera. Pelindung wajib dipakai bagi atlet yang pernah dioperasi atau mengalami trauma. Peran orangtua juga penting saat memilih alat pelindung yang memenuhi syarat. Pelatih juga berperan dalam mengajarkan bagaimana mencegah cedera mata, baik di pertandingan maupun latihan.

Napier et. al. (1996) mengatakan bahwa ada dua jenis pelindung mata yang sering digunakan dan memenuhi standar. Pertama, kacamata yang memenuhi standar ASTM (American Society of Testing and Materials) F803 untuk cabang olahraga seperti olahraga raket, bisbol, basket, lacrosse, dan hoki lapangan. Kedua, helm dan pelindung mata yang memenuhi standar ASTM F910 untuk pemukul dan penjaga base di bisbol.ASTM standar 1776 untuk paintball, ASTM standar 659 untuk ski es, dan ASTM standar F513 untuk hoki es.

Pelindung mata disarankan terbuat dari bahan polikarbonat. Tidak disarankan untuk memakai kacamata fashion, kacamata, maupun sunglasses normal saat berolahraga.

Cegah Lewat Pengetahuan
Ancaman cedera mata bisa dicegah lewat pencegahan. Atlet sebaiknya diajari bagaimana melindungi mata dari kemungkinan cedera akibat latihan maupun pertandingan. Atlet pun mesti memahami penggunakan pelindung kulit muka atau produk kosmetika lain yang berpeluang menyebabkan cedera.


Tiga puluh persen cedera mata pada anak-anak di bawah 16 tahun berhubungan dengan aktivitas olahraga. Olahraga yang paling banyak menyebabkan cedera adalah bola basket, olahraga air, bisbol, dan olahraga menggunakan raket (tenis,bulutangkis, skuas). Pada anak-anak usia 5-14 tahun, cabang olahraga yang paling banyak menyebabkan cedera adalah bisbol. Untuk usia 15-64 tahun, cabang olahraga yang dominan menyebabkan cedera mata adalah bola basket (Rodriguez et. al., 2003:2).
Hal penting yang harus dipahami oleh seorang atlet adalah melatih koordinasi antara mata dan tangan (eye-hand coordination). Latihan ini berguna untuk efektivitas tangan dan mata mengantisipasi gerakan bola, seperti reaksi tangan menangkap bola yang mengarah padanya. Latihan ini berhubungan dengan aktivitas motorik (motor skills) seseorang. Sejak dini, kemampuan motor skills harus dilatih.

Dalam tabel berikut dapat dibandingkan kecepatan antara peralatan olahraga dengan peluru seberat 16 pound (7,3 kg).

American Family Physician melaporkan pada 2002 bahwa 6,4% anak-anak di sekolah public memiliki kekakuan signifikan (significant clumsiness). Indikasi yang muncul adalah rendahkan koordinasi antara mata dengan tangan sehingga sering terjadi bola yang mengarah ke anak yang bersangkutan sulit diantisipasi dan ditangkap. Penelitian itu merekomendasi bahwa partisipasi aktif anak-anak di olahraga akan meningkatkan motor skills dan meningkatkan rasa percaya diri.

Keterampilan neomuskuler atau motorik adalah keterampilan yang dapat dipelajari untuk suatu kinerja yang efisien, konsisten, dan aman. Memahami dan memiliki sikap positif terhadap keterampilan motorik sangat membantu siswa membangun sifat kegemaran sepanjang hayat (lifelong) dalam aktivitas fisik, termasuk di dalamnya olahraga. Siswa perlu mengenal rentangan luas dari keterampilan motorik, memiliki waktu untuk belajar, berlatih, menghaluskan, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, ia akan mendapatkan kegembiraan (happiness) yang diperoleh dengan menggunakan tubuhnya secara aman dan efisien.

Guru sebaiknya membuat siswa bisa memahami bagaimana keterampilan gerak diperoleh. Siswa, dalam aktivitas olahraga dan pendidikan jasmani, seharusnya menguasai tiga hal yang bisa menghindarkannya dari cedera, termasuk cedera mata, yakni dengan:
1.Menguasai keterampilan lokomotor dari berjalan, berlari, lompat, berjingkat, dan loncat.
2.Menguasai keterampilan non-lokomotor dari membungkuk, merentang, mengayun, dan berputar.
3.Menguasai keterampilan manipulasi dari memukul, menangkap, menendang, dan melempar.

Asosiasi Medis Amerika (The American Medical Association) mengklasifikasikan olahraga menjadi tiga jenis berdasarkan terjadinya kontak badan, yakni berbenturan frontal (collision), bersentuhan (contact), dan tanpa kontak badan. Cabang olahraga yang masuk kategori berbenturan frontal adalah american football, hoki es, dan lacrosse. Dalam olahraga kategori ini, pelindung mata mutlak diperlukan. Yang masuk kategori contact adalah bisbol, sepakbola, bola basket, dan gulat. Beberapa cabang olahraga tanpa kontak tubuh adalah renang, atletik, menembak, tenis, tenis meja, dan bulutangkis.

Klasifikasi lain yang dibuat adalah risiko rendah, risiko tinggi, dan risiko sangat tinggi (very high risk). Risiko rendah tak menggunakan bola, raket, stik, dll. dan tak ada kontak badan. Cabang olahraga yang masuk kategori ini adalah atletik, renang, senam, dan balap sepeda.

Olahraga dengan risiko tinggi (high risk) menggunakan bola, raket, puck, pemukul (bet), stik, maupun raket. Juga bisa terjadi kontak badan di cabang olahraga ini. Contoh cabang dengan high risk adalah bisbol, hoki es, sepakbola, basket, lacrosse, tenis, bulutangkis, dan polo air. Sedangkan olahraga very high risk terjadinya cedera mata adalah tinju, gulat, dan beladiri kontak langsung.

Semakin minim terjadi kontak tubuh, kemungkinan cedera mata semakin berkurang. Namun, olahraga raket seperti tenis dan bulutangkis memiliki perkecualian. Laju yang cepat dari bola tenis dan shuttlecock (bisa di atas 100 km/jam) berpeluang menyebabkan cedera mata jika si atlet tidak memiliki pengetahuan yang mendalam cara menghindari bola atau shuttlecock yang mengarah ke mata.

Kemampuan mata harus dilatih. (Zumerchik, 1997: 904) menyarankan empat hal yang harus dilakukan untuk melatih kemampuan visual mata, yakni:
1. Pertahankan efektivitas latihan. Buatlah level latihan sedemikian rupa sehingga meminimalkan rasa frustrasi seorang atlet.
2. Gunakan latihan penguatan yang positif. Latihan ini membuat atlet memahami bagaimana cara kerja sistem visual yang akan meningkatkan performanya.
3. Aturlah secara spesifik, namun fleksibel mengenai tujuan latihan sehingga atlet bisa menyesuaikan kemampuan yang dimiliki dengan target yang dibebankan.
4. Untuk memaintain konsentrasi atlet, pelatih fisik harus secara kontinu memberikan umpan balik (feed back).

Cara terbaik adalah mencegah terjadinya cedera mata lewat pemahaman berbagai hal seperti:
1. Jagalah mata saat berada di rumah, lapangan, maupun di mobil. Waspada terhadap barang-barang keras dan tajam yang ada di sekitar kita.
2. Membiasakan mencuci tangan setelah melakukan apa saja, apalagi seusai kontak dengan bahan-bahan kimia.
3. Menghindarkan mata dari debu dan secara teratur menggunakan obat tetes mata untuk menyegarkan mata.
4. Waspada terhadap kuku tangan, khususnya pada anak-anak balita.

Selain mencegah terjadinya cedera mata, perlu diperhatikan menjaga kesehatan mata antara lain dengan:
1. Sering mengedipkan mata untuk mengurangi ketegangan mata dan mencegah mata kering.
2. Cukup tidur, istirahat, dan relaksasi.
3. Gunakan kacamata jika pergi ke tempat dengan sinar matahari sangat terang.
4. Hindari tempat yang berdebu.
5. Makan makanan dan sayuran yang bergizi dan bagus untuk mata.
6. Cahaya yang cukup saat membaca.
7. Jangan mengucek langsung mata menggunakan tangan. Gunakan tisu atau kain halus yang cukup steril.
8. Gunakan obat tetes mata yang cocok dan hindari kontak langsung dengan matahari, AC, maupun asap rokok.
9. Tidak membiasakan membaca sambil tiduran


Kesimpulan
Mata adalah organ penting bagi atlet olahraga. Memiliki mata yang sehat dan skill di atas rata-rata berkorelasi dengan prestasi yang mengkilap. Namun, untuk mendapatkan prestasi mengkilap, diperlukan latihan yang keras, teratur, dan terprogram. Dalam fase persiapan dan pertandingan itulah kemungkinan terjadinya cedera mata besar.

Diperlukan pemahaman dan kemampuan motorik untuk bisa mencegah terjadinya cedera sedini mungkin. Saat cedera mata mendera, diperlukan alat bantu yang bisa mencegah terjadinya cedera setelah pemulihan.

Jika segala pencegahan cedera telah dilakukan maka kejutan kegembiraan akan datang. Happy surprise, your future will rise.



Daftar Pustaka
________. What is Eye Hand Coordination. http://vision.about.com/od/ sportsvisioncare/f/eyehand.htm

Ade Hikmatulah. 2006. Pentingnya Mata Sehat dan Alami. http://www.humanmedicine.net/

Ateng, Abdulkadir, Prof. 2003. Olahraga di Sekolah dalam buku Perkembangan Olahraga Terkini Kajian Para Pakar editor Prof Dr. H. Harsuki, MA. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Baptiste, Andre P. 2003. Player with Glasses in Football. (http://www.andrebaptiste.com/dbarticles/2003/sept.html#sept2103b)

Bompa, Tudor O. 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training. Human Kinetics, USA

Fortin, Francois. 2000. Sports: The Complete Visual Reference. Firely Books Ltd, Canada.

Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993-1998

Hutagalung, Weshley. Edgar Davids: Bukan Sekadar Troublemaker. Tabloid BOLA edisi Selasa 17 September 2002, halaman XX

It's In Your Court: Prevent Sports-Related Eye Injuries. (http://uniteforsight/. org/eyesafety/)

Rodriguez, Jorge O., Lavina, Adrian M., Agarwal, Anita. 2003. Prevention and Treatment of Common Eye Injuries in Sports. Am Fam Physician 2003;67:1481-8,1494-6. Copyright© 2003 American Academy of Family Physicians

SM Napier, RS Baker, DG Sanford, M Easterbrook. 1996. Eye injuries in athletics and recreation. Surv Ophthalmol. 1996 Nov-Dec; 41(3):229-44

United States Eye Injury Registry. 2000. Eye Trauma Epidemiology and Prevention: "Place of Eye Injury" data slide. http://www.useironline.org/Prevention.htm

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Indonesia.

Zumerchik, John. 1997. Encyclopedia of Sports Science volume 2. Simon and Schuster MacMillan, New York, USA

Monday, September 8, 2008

Bagaimana Meningkatkan Pendidikan Jasmani di Indonesia (Kajian Pedagogik-Andragogik)

I. MAKNA PENDIDIKAN JASMANI
Apakah tujuan kita berolahraga? Tujuan berolahraga adalah menciptakan pola hidup seimbang antara kualitas fisik, intelektual, emosional, dan spiritual.

Ada tiga pembagian aktivitas olahraga yakni olahraga kompetitif/olahraga prestasi, pendidikan jasmani (dulunya bernama pendidikan olahraga), dan olahraga masyarakat (olahraga rekreasi, olahraga kesehatan, olahraga adaptif, olahraga tradisional, dan tari). Unsur-unsur dalam olahraga adalah aktivitas fisik, perjuangan; ketergantungan (pada diri sendiri, orang lain, alam), sportif (fairplay), dan pendidikan.

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan. tujuan pendidikan jasmani selaras dengan tujuan umum pendidikan. Pendidikan jasmani juga berhubungan erat dengan empat pilar pendidikan yakni belajar untuk hidup bersama, belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, dan belajar menjadi seseorang.

Tujuan belajar ialah menghasilkan perubahan perilaku yang melekat. Proses belajar dalam pendidikan jasmani, juga bertujuan menimbulkan perubahan perilaku. Guru mengajar agar terjadi proses belajar. Melalui proses tersebut, maka terjadi perubahan perilaku.

Secara sederhana, pendidikan jasmani adalah proses belajar untuk bergerak dan belajar melalui gerak. Maksudnya, selain belajar dan dididik melalui gerak untuk mencapai tujuan pengajaran, dalam pendidikan jasmani anak diajari untuk bergerak. Melalui pengalaman itu akan terbentuk perubahan dalam aspek jasmani dan rohani.

Pernyataan ini seolah-olah aneh bagi kita. Mengapa anak perlu diajari bergerak? Bukankah keterampilan itu dapat dikuasai tanpa harus dipelajari atau diajarkan? Jawaban itu benar namun hanya berlaku untuk kemampuan yang terkait dengan kematangan. Jika tiba saatnya, dan anak sudah siap sesuai dengan peningkatan usia, maka tanpa belajar sekalipun ia dapat berjalan atau bercakap-cakap. Keterampilan-keterampilan tersebut masuk kriteria keterampilan yang dikuasai karena faktor kematangan.

Sebaliknya banyak keterampilan gerak yang hanya akan dikuasai dengan baik melalui proses belajar. Keterampilan suatu cabang olahraga, yang selanjutnya bermanfaat sebagai pengisi waktu senggang, hanya akan dapat dikuasai dengan memuaskan bila dipelajari dengan sebaik-sebaiknya. Prosesnya mencakup kegiatan latihan atau pelaksanaan tugas-tugas secara berulang.

Dengan demikian, anak akan mampu menggunakan tubuh secara efisien, bahkan didasari dengan pemahaman. Dampak lebih lanjut adalah anak memiliki kebiasaan. Diharapkan, keterampilan itu akan dilakukan sepanjang hayat. Aktivitas berolahraga menyumbangkan perkembangan kebugaran jasmani.

Perkembangan jasmani anak, tidak semata-mata bergantung pada proses kematangan. Perkembangan juga dipengaruhi oleh pengalaman gerak baik ditinjau dari aspek mutu maupun banyaknya pengalaman. Anak harus memperoleh banyak kesempatan untuk bergerak dan bermain.

Namun, kegiatan itu harus disertai dengan bimbingan dan dorongan dari orang dewasa, termasuk orangtua dan guru. Melalui bimbingan itu, anak akan mampu bergerak dengan riang, penghematan tenaga, dan gerakannya terkendali. Inilah salah satu alasan, mengapa diperlukan pengalaman gerak melalui pendidikan jasmani.

Proses lainnya, yang lebih penting ialah belajar melalui gerak. Pengajaran yang berhasil adalah pengajaran yang mampu membangkitkan proses belajar. Belajar melalui pengalaman gerak, untuk tujuan pengajaran, merupakan salah satu ciri unik dari pendidikan jasmani.

Dalam pengertian yang lebih mendalam, proses pendidikan berlangsung melalui pelaksanaan aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga. Guru dan siswa saling mempengaruhi dalam pergaulan yang bersifat mendidik. Melalui interaksi semacam itulah, tujuan pengajaran dan pendidikan dapat terwujud.

Melalui proses belajar tersebut, pendidikan jasmani ingin mewujudkan sumbangannya terhadap perkembangan anak, yakni perkembangan yang tidak berat sebelah. Perkembangannya akan bersifat menyeluruh, sebab yang dituju bukan saja aspek jasmaniah yang lazim dicakup dalam istilah psikomotorik.

Perkembangan lain yang diinginkan adalah perkembangan pengetahuan dan penalaran yang dicakup dalam istilah kemampuan kognitif. Selain itu dicapai juga perkembangan watak serta sifat-sifat kepribadian yang tercakup dalam istilah perkembangan afektif.

Ketiga aspek perkembangan tersebut (psikomotorik, kognitif, dan afektif) semuanya dipahami sebagai satu kesatuan. Dalam kenyataannya, manusia pada hakikatnya merupakan kesatuan jiwa dan badan. Perkembangan kemampuan kognitif, dan sifat-sifat afektif yang dijelaskan tadi, berkaitan erat dengan perkembangan keterampilan gerak.

Di Indonesia, mata pelajaran pendidikan jasmani masih dianggap tidak penting. Mata pelajaran ini sering disisihkan. Lebih merana lagi, waktu yang seharusnya digunakan untuk kepentingan belajar pendidikan jasmani, diisi oleh kegiatan lainnya seperti rapat guru, piknik, atau keperluan lain.

Penyebab pendidikan jasmani kurang berkembang antara lain karena tidak didukung oleh sarana dan prasana olahraga yang memadai, seperti keadaan pekarangan sekolah yang sangat sempit. Juga dengan alokasi waktu yang sangat terbatas. Bisa dibayangkan amat terbatasnya sumbangan mata pelajaran pendidikan jasmani bagi perkembangan anak, bila dilaksanakan hanya satu kali per minggu. Semakin terbatas sumbangannya, karena pertemuan sangat terbatas, yaitu antara 1/3 hingga 2/3 dari waktu tersedia.

Dengan curahan waktu yang relatif singkat, rangsangan yang diberikan kepada anak kurang mencukupi kebutuhan untuk berkembang. Itulah sebabnya, kita mengharapkan pengembangan pendidikan jasmani diarahkan untuk melaksanakan pengajaran yang lebih tertata. Dengan demikian, keterampilan gerak dan kemampuan fisiknya semakin berkembang.

Kemajuan yang dicapai itu, diikuti pula oleh kemajuan dalam penguasaan keterampilan, maupun peningkatan kemampuan jasmani, seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, penguasaan keterampilan gerak itu tidak selalu sejalan dengan peningkatan usia.

II. KETERAMPILAN GERAK DAN KEBUGARAN
Perkembangan keterampilan gerak merupakan inti program pendidikan jasmani. Perkembangan keterampilan gerak bagi anak-anak adalah perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar berkaitan dengan olahraga. Keterampilan gerak dikembangkan dan diperhalus hingga taraf tertentu yang memungkinkan anak mampu melaksanakan dengan tenaga yang hemat dan sesuai keadaan lingkungan.

Bila anak sudah matang, kemampuan gerak dasar ini berkembang. Selanjutnya, kemampuan gerak dasar itu dapat mereka terapkan dalam aneka permainan, olahraga, dan aktivitas jasmani dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh memukul sebuah objek (misalnya bola) dari bawah, samping, atau atas, secara bertahap berkembang dan kemudian digunakan dalam berbagai keterampilan olahraga dan rekreasi.

Perkembangan kebugaran jasmani merupakan tujuan penting dalam program pendidikan jasmani di sekolah. Istilah kebugaran di sini, mencakup bukan hanya kebugaran jasmani yang mendukung kesehatan, tetapi juga kebugaran yang mendukung perfoma.

Pelaksanaan tugas gerak merupakan jantung pendidikan jasmani. Yang diutamakan adalah pengembangan dan penghalusan keterampilan gerak dasar yang akan menjadi dasar olahraga atau kegiatan rekreasi. Konsentrasi pelaksanaan tugas gerak untuk memperkaya perbendaharaan gerak anak. Atas dasar keadaan itulah dikatakan anak semakin terampil.

Sejumlah pengalaman belajar dalam pendidikan jasmani disediakan dengan tujuan memupuk kemampuan gerak perseptual. Gerak perseptual adalah proses gerak yang dihasilkan melalui penerimaan dan pemilihan rangsangan. Proses penerimaan dan seleksi rangsangan, hingga menghasilkan jawaban berupa gerak disebut persepsi. Proses ini melibatkan fungsi saraf yang amat rumit dan cepat.

Pengalaman belajar yang terdiri atas pelaksanaan tugas gerak itu diarahkan untuk mengembangkan kecerdasan seseorang. Bukti-bukti penelitian masih sedikit, tetapi kian meyakinkan. Pelaksanaan tugas gerak itu dapat merangsang simpul-simpul saraf. Rangsangan dari lingkungan itu memperkuat kaitan antara sel-sel saraf dalam otak.

Itulah sebabnya para ahli makin berbesar hati bahwa program pendidikan jasmani yang bermutu dapat menjadi wahana belajar yang efektif. Anak akan menyadari diri mereka, ruang, dan objek di sekitarnya. Perkembangan kemampuan itu sejalan dengan pemberian rangsangan atau tugas gerak yang menantang anak untuk menjawab empat persoalan: mengapa, apa, bagaimana, dan kapan tugas dilaksanakan.

Tidak diragukan lagi bahwa rangsangan berupa tugas gerak akan memacu perkembangan intelektualitas anak. Maka para pendidik pendidikan jasmani berkesimpulan bahwa bermain itu penting untuk memacu kemampuan gerak perseptual anak.Apakan program pendidikan jasmani berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa? Aktivitas jasmani dapat digunakan untuk memacu penguasaan konsep akademik. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu, yang kini mulai diterapkan di Indonesia, maka penyajian pengalaman gerak dalam pendidikan jasmani memacu peningkatan prestasi belajar siswa.

Apa yang dimaksud dengan pendekatan terpadu? Pendekatan ini bertitik tolak dari pandangan, bahwa anak memandang objek secara keseluruhan termasuk memahami isi pengetahuan dalam bidang studi yang diajarkan. Siswa tidak memandang bidang studi secara terpisah-pisah tetapi secara keseluruhan. Program pendidikan jasmani dapat dipadukan dengan beberapa komponen bidang studi lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa melalui tugas-tugas gerak dan bermain dalam pendidikan jasmani, guru dapat mengajarkan atau menanamkan konsep akademik. Misalnya, pembelajaran konsep matematika dan bahasa Indonesia dapat dilaksanakan melalui pendidikan jasmani.

Keuntungan dari pendekatan tersebut adalah pembelajaran konsep akademik itu sangat menyenangkan anak-anak. Belajar melalui aktivitas jasmani, memungkinkan anak untuk mempelajari istilah atau konsep yang konkret, ketimbang dalam pengertian yang abstrak. Perhatikan misalnya tentang istilah sudut. Di sekeliling anak dapat dijumpai aneka sudut. Hal itu sangat mudah diamati oleh siswa. Sambil melakukan pemanasan dalam pembukaan kelas misalnya, guru dapat mengajarkan konsep menambah dalam matematika. Sebagai contoh, guru memberikan instruksi sebagai berikut “Kalau ada bunyi peluit dua kali, kalian membentuk kelompok dengan masing-masing empat orang.”

III. LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI OLAHRAGA
Salah satu faktor penting dalam pendidikan jasmani di Indonesia adalah ketersediaan guru-guru pengajar yang bermutu. Sampai saat ini terdapat sekitar 35 lembaga pendidikan tinggi di bidang olahraga (LPTO) baik setingkat fakultas, jurusan, maupun program studi. Strata pendidikan mereka mulai dari Diploma 2 (D2), D3, Stara 1 (S1), S2, dan S3.

Program studi pada LPTO itu pada umumnya program studi pendidikan jasmani, pendidikan kepelatihan, dan program studi ilmu keolahragaan. Bidang lain yang menjadi kajian adalah spesialis kedokteran olahraga dan teknologi olahraga. Sayangnya LPTO itu belum menghasilan lulusan yang optimal dalam proses pembinaan olahraga secara nasional.

Keberadaan LPTO sebagai lembaga formal pendidikan olahraga yang memiliki tenaga dosen, laboran, teknisi, fasilitas, dan kurikulum sangat berperan dalam penciptaan tenaga pengajar pendidikan jasmani yang bermutu. Keberadaan LPTO harus dioptimalkan, terlebih lagi dengan adanya berbagai jenjang strata pendidikan (diploma, sarjana, magister, dan doktoral).

Keberadaan akademisi di lingkungan LPTO merupakan potensi dibentuknya pusat-pusat kajian olahraga. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat maka diperlukan pengembangan kajian olahraga dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan tersebarnya LPTO di berbagai daerah Tanah Air maka LPTO juga berpeluang menjadi sentra pengembangan, kajian, dan pendidikan bagi tenaga keolahragaan.

Meskipun berpeluang menjadi sentra pengembangan, kajian, dan pendidikan bagi tenaga keolahragaan Tanah Air, namun LPTO tak selalu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Beberapa faktor eksternal yang menjadi kendala adalah dikotomi antara pengalaman dengan pendidikan dalam dunia olahraga, krisis multidimensional, tidak jelasnya kebijakan politik (political will) pemerintah mengenai pembangunan manusia Indonesia lewat olahraga, kebijakan nasional berupa desentralisasi dan otonomi daerah, era globalisasi, perangkat hukum di bidang olahraga (UU Olahraga), bentangan wilayah Tanah Air sangat lebar, dan keterbatasan fasilitas olahraga.

Apa yang harus dilakukan LPTO menghadapi kendala-kendala tadi? Salah satunya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Juga harus meningkatkan kualitas layanan konsumen. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan peningkatan kultur akademik, pembangunan secara konstruktif sikap mental sivitas akademika, serta melakukan pengembangan kerjasama dengan berbagai institusi dan instansi pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

IV. KESIMPULAN
Pendidikan jasmani perlu mendapatkan perhatian serius agar terjadi perubahan dalam aspek jasmani dan rohani siswa sejak dini. Sebab pendidikan jasmani berhubungan erat dengan empat pilar pendidikan yakni mengajarkan belajar untuk hidup bersama, belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, dan belajar menjadi seseorang.


Adanya sarana olahraga yang memadai di setiap sekolah membuat pendidikan jasmani menjadi salah satu pelajaran yang sangat diminati.


Perlu adanya peningkatan kualitas tenaga pengajar pendidikan jasmani.

Secara makro harus ada political will pemerintah yang menjadikan olahraga sebagai salah satu alat menciptakan warga negara yang bermutu dan berdisiplin tinggi.

Attributes to: Ewendi Mangolo, Abdul Sukur, Mustafa Masyur


DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Harsuki, M.A. Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar. Jakarta: PT Rajagrafindo Perkasa divisi Buku Sport, 2003

Agum Gumelar. Kebijakan KONI Pusat dalam Pembinaan Olahraga Prestasi di Tanah Air. Makalah pada Sarasehan Masyarakat Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta, 2004

Prof. Dr. Iman Sujudi, M.A. Perkembangan Olahraga Indonesia. Makalah pada Seminar Akupunktur dalam Dunia Olahraga, Jakarta, 30 Juni 2003

Prof. Drs. Thoho Cholik Mutohir, M.A., Ph.D. Kebijakan Pemerintah di Bidang Olahraga. Makalah pada Sarasehan Masyarakat Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta, 2004

Sunday, September 7, 2008

Football-business: Stadion, Bisnis, dan Profesionalisme

AC Milan dan Chelsea menggapai trofi idaman di stadion penuh keagungan. Kemenangan 2-1 Milan atas Liverpool pada final Piala Champion 2007, Kamis (24/5) diperoleh di Stadion Olimpiade Athena, Yunani. Pembangunan stadion bernama lain Spiridon ’Spiros’ Louis itu kabarnya memakan biaya sekitar 260 juta euro untuk biaya konstruksi saja.

Lain halnya dengan Chelsea. Biarpun diolok-olok sebagai perebutan ’medali perunggu Liga Champion’ kemenangan Chelsea 1-0 pada Final Piala FA 2007, Sabtu (19/5) atas Manchester United sangat menggetarkan hati. Sebab Chelsea meraih trofi di stadion keramat Wembley pasca renovasi yang biayanya mencapai Rp 10 triliun. Hebatnya lagi, Chelsea merebut gelar FA terakhir kali di Old Wembley (2000) lewat gol tunggal Roberto Di Matteo, dan kiri di New Wembley lewat sontekan Didier Drogba.

Menyeberang ke AS, di sana ada football versi Amerika yang dinamai American Football. Bisnis American Football ini fantastis. Dari data 2006 Sports Market Handbook, fans rela membelanjakan uang untuk membeli tiket (Fan Cost Index/FCI) sebesar US$ 329,82. Rataan penonton per gim di atas 65 ribu orang.

NFL, liga profesional American Football, melansir Final 2011 (final NFL biasa disebut dengan Super Bowl) di stadion masa depan Dallas Cowboys di kawasan Texas Utara. Dallas Cowboys sukses mengalahkan bidding dari Indianapolis dan Glendale. Emangnya stadionnya sudah ada kok bisa menang bidding?

Stadionnya belum ada namun itulah kehebatan presentasi pemilik Cowboys, Jerry Jones, di depan para pemilik klub NFL, akhir bulan Mei di Nashville, Tennessee. ”NFL bisa menjual 100 ribu tiket di stadion baru kami. Juga tambahan 20 ribu tiket di standing room,” ungkap Jones. Kontan saja bidder lain, Indianapolis mental sebab mereka hanya bisa menjanjikan maksimal 70 ribu penonton live di stadion. Belum lagi Jones mengestimasi bahwa tahun 2009 stadionnya siap dipakai!

Harga tiket Superbowl saat ini US$ 600 (Rp 5,4 juta). Pada tahun 2011, harga normal mencapai US$ 800. Jadi, pendapatan bisa mencapai US$ 80 juta (720 miliar rupiah) dari tiket saja.

Loyalitas Fans
Ada sebuah cerita yang saya kutip dari buku karangan Phil Schaaf berjudul Sports Marketing: It’s Not Just a Game Anymore. Seorang pria paruh baya berjalan di kawasan Bellflower di kawasan Los Angeles. Ia masuk ke sebuah bank bernama Great Western Bank. Di kawasan itu berjajar banyak bank.

Si pria paruh baya minta bertemu dengan manajer pemasaran secara langsung. Alasannya, ia akan menabung uang cukup banyak dan juga membuka rekening baru. “Selamat datang di bank kami,” ungkap si manajer. “Anda terlihat masih terlalu muda untuk pensiun lantas menyimpan seluruh uang milik Anda,” kata si manajer mencoba berempati dengan si customer.

“Ya. Kebetulan saya baru saja menang lotere. Saya juga ingin menyimpan seluruh uang saya di bank ini,” ucap si customer.“Pak, Anda pasti melewati sedikitnya enam bank sebelum sampai ke bank kami. Apa alasan Anda melewatkan keenam bank itu lantas menyimpan seluruh uang Anda di bank kami?” tanya si manajer lebih detil.

“Saya adalah fans berat LA Lakers sepanjang hidup,” ungkap sang milioner baru. "Great Western Bank mensponsori tim basket Lakers dengan memasang nama di stadion Lakers (Great Western Forum di Inglewood, sekarang Lakers sudah pindah ke Staples Center di downtown Los Angeles). Itulah alasan saya mengapa saya memilih menyimpan uang saya di bank ini,” ucap si pria kaya itu.


Dalam jurnal pemasaran olahraga berjudul Names in Lights: Corporate Purchase of Sport Facility Naming Rights, Larry McCarthy dan Richard Irwin mengatakan bahwa simbiosis mutualisme antara Great Western Bank dengan LA Lakers dan LA Kings pada 1987 adalah yang pertama kali dilakukan antara swasta dengan klub olahraga profesional. Dalam kerjasama itu, perusahaan swasta berusaha mendapatkan keuntungan dari pembelian hak penamaan stadion.

Segitiga Sama Sisi
Dalam terminologi matematika, Anda pasti tahu bahwa segitiga sama sisi itu memiliki tiga sudut yang sama besar. Dalam pemasaran olahraga, stadion, penonton, dan sponsor juga memiliki kekuatan sama besar.Tanpa adanya potensi penonton, mustahil stadion Olimpiade Athena, the New Wembley, atau Dallas Cowboys dibangun. Stadion dibangun karena memenuhi demand menonton yang tinggi dan pertimbangan keuntungan tentunya. Bagi sponsor, mereka berharap brand asosiasi yang dibeli lewat sponsorship penamaan stadion akan berbalik sebagai intangible asset. Fans akan mengingat produknya saat melakukan pertimbangan pembelian sebuah produk.

Bagi pemerintah setempat, selain sebagai pemenuhan fasilitas olahraga masyarakat seperti yang diamanatkan UNESCO dan Komite Olimpiade Internasional (IOC), stadion juga bisa menjadi landmark kota bahkan negara. Landmark yang berpotensi menjadi ’alat propaganda’ industrialisasi olahraga sebuah negara. Stamford Bridge, Anfield, Old Trafford, San Siro adalah nama-nama stadion yang tidak asing bagi kita – meskipun mungkin melihat langsung pun belum pernah – akibat propaganda via tayangan layar kaca atau media cetak.

Dalam bagan industri olahraga yang saya sadur dari buku Economic of Sports and Recreation (2000) karangan karangan Chris Gratton dan Peter Taylor terlihat pentingnya stadion sebagai sports services. Sport sponsorship juga berada satu lengan dalam sports services.

Sayangnya, untuk urusan penamaan stadion dan memaksimalkan stadion, Indonesia harus diakui masih terbelakang dibandingkan Malaysia, Singapura, dan Thailand. Buruknya kualitas prasarana olahraga juga menjadi kendala. Misalnya, kondisi lapangan rumput stadion sepakbola, permukaan lapangan basket bukan kayu, penerangan, kenyamanan penonton, WC dan kamar ganti, lampu, dll. Pencahayaan lampu juga bagian penting dari kemasan untuk menjual olahraga.

Sebenarnya uang untuk sponsorship itu ada. Simaklah data Nielsen Media Research – Advertising Information Services 2007. Jumlah belanja iklan pada 2007 mencapai Rp 33,2 triliun. Produk perlengkapan komunikasi dan servis mengeluarkan dana terbesar.

Uang iklan memang jumlahnya besar namun oleh si pemilik harus dibelanjakan dengan efisien. Jangan berharap ada pengiklan yang mau membelanjakan anggaran iklan untuk donasi atau atas dasar belas kasihan. Semua pengiklan telah memiliki ukuran-ukuran baku dan profesional untuk melakukan sponsorship, termasuk pada olahraga.Jadi, kalau mau dapat sponsorship ya mesti memprofesionalkan diri sendiri dulu. Mau? eko@bolanews.com

Thursday, September 4, 2008

Penanaman Nilai Kebersamaan, Keterbukaan, dan Disiplin dalam Pencapaian Prestasi Olahraga Beregu (Studi Kasus Keberhasilan PIMNAD Menjuarai Kobatama)

PENDAHULUAN
Dalam Undang-Undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional definisi Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pengembangan potensi diri bisa dilakukan dengan berbagai hal, salah satunya adalah lewat olahraga. Kemampuan berolahraga seseorang dimulai sejak dini lewat pendidikan jasmani (penjas) dan olahraga. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan meningkatkan kemampuan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui aktivitas fisik. Sedangkan olahraga adalah setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan pertandingan/perlombaan melawan orang lain, diri sendiri, ataupun unsur-unsur alam.

Dalam olahraga prestasi, seperti bola basket, komposisi yang seimbang antara latihan rutin dengan pendidikan atlet, kebersamaan, dan disiplin adalah kunci penting meraih kesuksesan. Rendahnya disiplin atlet-atlet olahraga Indonesia membuat mereka sering gagal di sisi akademik. Kondisi berbeda ditemukan di tim PIMNAD (Nangroe Aceh Darussalam) yang justru bisa mengkombinasikan antara latihan rutin, pendidikan, kebersamaan, dan disiplin. Kompetisi bola basket di Indonesia terbagi dalam dua jenis yakni profesional dan amatir.

Kompetisi profesional dilaksanakan oleh Liga Bola Basket Indonesia (IBL). Sedangkan kompetisi amatir dilakukan oleh Kompetisi Bola Basket Utama (Kobatama), Kobanita, Liga Basket Mahasiswa (Libama), dan Liga Basket Pelajar (Libala).

Dalam sejarah penyelenggaraan Kobatama sejak 1982, dominasi juara datang dari tim-tim Jawa. Namun dominasi itu berhasil dipupus oleh tim asal Nangroe Aceh Darussalam, PIMNAD. Hebatnya, keberhasilan itu diperoleh pada penampilan perdana PIMNAD di Kobatama pada tahun 2005 setahun setelah musibah tsunami.

Keberhasilan PIMNAD menghentikan hegemoni regu basket asal Jawa tidak terlepas dari sistem pemusatan latihan yang dilakukan di Bandung, Jabar. Lukman Hasibuan, pelatih sekaligus manajer tim, menyadari sepenuhnya bahwa untuk bisa bersaing dengan regu asal Jawa, para pemain Nangroe Aceh Darussalam (NAD) harus ditempa di sarang macan yakni di pulau Jawa.

Pemilihan Bandung dengan alasan kota ini memiliki banyak sekolah berbobot sehingga pendidikan para pemain tidak terbengkalai. Lukman menyadari bahwa masa depan para pemainnya juga ditentukan oleh keberhasilan studi. Maka sejak mengirimkan pemain dari NAD, Lukman menekankan bahwa para pemain mesti menomorsatukan pendidikan dari segalanya. Mayoritas pebasket PIMNAD kuliah di Universitas Padjajaran (Unpad).

Dari sisi teknis basket, kota Bandung memiliki banyak tim basket bagus yang akan menjadi lawan tanding bermutu bagi tim PIMNAD. Kemudian, pemilihan mess di kawasan berbukit perumahan Setiabudi Regensi juga ditujukan agar pemain memiliki kebugaran prima, selain melatih kedisiplinan dan kerjasama tim di luar lapangan.

Dalam kehidupan sehari-hari, Lukman menanamkan keterbukaan kepada seluruh pemain. Hubungan yang dilakukan ibarat Bapak dan Anak. Pemain bebas mengungkapkan perasaan demikian pula sebaliknya. Mereka diberi tanggung jawab mengelola sendiri mess di kawasan Setiabudi Regensi, termasuk belanja keperluan sehari-hari. Sebagai sumber keuangan untuk keperluan sehari-hari, pemain dipasrahi mengelola satu unit angkot rute Cicaheum-Ledeng.

Persiapan yang dilakukan sejak tahun 2002 itu akhirnya berbuah manis dengan keberhasilan PIMNAD menjuarai Kobatama 2005. Keberhasilan itu adalah buah sinergi yang manis antara pendidikan, kedisiplinan, kebersamaan, dan keterbukaan. Berdasarkan hal itulah maka dipilih judul ‘Penanaman Nilai Kebersamaan, Keterbukaan, dan Disiplin dalam Pencapaian Prestasi Olahraga Beregu’ dalam tugas akhir mata kuliah Isu-Isu Kritis Pendidikan.

Penulis melakukan penelitian kecil pada periode Desember 2005. Kepada 14 pemain yang menjadi subjek dari keberhasilan tim PIMNAD menjadi juara Kobatama 2005 diedarkan kuosioner untuk mengetahui apakah kebersamaan, keterbukaan, dan kedisiplinan menjadi salah satu kunci keberhasilan. Juga ingin diketahui bahwa pendidikan merupakan faktor yang tidak diabaikan oleh para pemain.

Hal-hal yang akan dianalisis dan dibahas dalam tugas ini adalah:
1. Apakah pendidikan menjadi salah satu kunci kunci sukses keberhasilan klub basket PIMNAD?
2. Apakah kedisiplinan menjadi kunci para pemain basket PIMNAD dapat memetik sukses di bidang pendidikan maupun pencapaian prestasi maksimal di pentas olahraga prestasi?
3. Apakah keterbukaan menjadi modal berharga bagi para pemain untuk bisa saling menerima satu sama lain?
4. Apakah rasa kebersamaan juga menjadi salah satu faktor penentu dalam keberhasilan antara studi dan prestasi olahraga?

Data yang diperoleh diolah menggunakan software pengolah data SPSS versi 12.5. Saat mengisi angket, peneliti meminta pemain yang diteliti tidak mencantumkan nama. Angket berbentuk digital diberi nomor antara 1 sampai 14 yang dikirimkan oleh responden secara tertutup menggunakan surat elektronik (e-mail).

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pendidikan Menjadi Kunci Keberhasilan Tim Basket PIMNAD
Pemahaman empat pilar pendidikan seperti yang ditegaskan UNESCO: learning to know, learning to be, learning to do, dan learning to live together ternyata dipahami benar oleh segenap pebasket PIMNAD. Dari total 14 pebasket yang menjadi pilar saat menjadi juara Kobatama 2005, semuanya bersekolah (lihat tabel II.1). Dari tabel itu, 2 sedang menyelesaikan pendidikan S-1, 11 pendidikan D-3, dan 1 orang pelajar SMA.


Tabel II.1
Latar Belakang Pendidikan Terakhir Pemain (N=14)


Keseriusan para pebasket belajar bisa dilihat dari alokasi waktu yang disediakan untuk belajar dan membaca informasi lain. Ada 10 pemain (71,4%) yang mengalokasikan waktu antara 5-8 jam sehari untuk belajar.

Komitmen para pebasket PIMNAD menyeriusi studi sejalan dengan pemikiran Carnoy dan kawan-kawan yang mengatakan bahwa komitmen pada pendidikan akan meningkatkan semangat kerja individu. Kemampuan masing-masing individu dan pengalamannya akan bertambah sejalan dengan pendidikan yang ia peroleh. Pendidikan akan mengembangkan diri si individu.

Terjadi korelasi antara tingkat pendidikan dengan kemampuan di lapangan. Gelar pemain terbaik (Most Valuable Player/MVP) pada Final Kobatama 2005 jatuh ke tangan Heru Dwi Putra, yang secara akademis ternyata sudah menamatkan pendidikan D-3 Akuntansi di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, dua bulan sebelum pertandingan final dan saat ini ia tengah melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1.

Minat baca para pebasket PIMNAD juga tinggi. Tiga orang menyatakan sangat suka membaca (21,4%) dan tujuh suka membaca (50%). Sedangkan empat orang minat bacanya biasa-biasa saja (28,6%).

B. Kedisiplinan adalah Kunci Penting
John Dewey, seorang pendidik yang memiliki andil besar dengan pemikiran-pemikiran instrumentalisme, mendefinisikan pendidikan sebagai penataan ulang atau rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami dalam kehidupan individu sehingga segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna. Definisi itu mengandung arti bahwa bahwa seseorang berfikir tentang pengalaman-pengalaman yang dilaluinya.

Pemikiran Dewey tentang minat dan disiplin adalah sebagai berikut:
“…Interest and discipline are correlative aspect of activity having an aim. ..In other hand, interest and discipline protect us from the notion that mind and mental states are something complete in themselves. On the other side, it protect us from the notion that subject matter on its side is something isolated and independent…”


Minat dan disiplin adalah aspek-aspek aktivitas yang memiliki tujuan. Di sisi lain, minat dan disiplin melindungi kita dari berbagai dugaan dimana pikiran dan mental adalah dua hal yang saling melengkapi.

Bagi para pebasket PIMNAD, disiplin menjadi sangat penting. Sebagai pebasket yang berasal dari daerah luar Jawa, konotasi bahwa perbasketan mereka kalah maju dibandingkan Jawa begitu lekat. Mereka perlu menanamkan rasa kepercayaan diri yang kuat lewat latihan yang keras dan spartan serta menjalani kehidupan yang tertib untuk mengeliminasi kekurangan yang ada. Apalagi mereka pun kalah postur dibandingkan tim-tim anggota Kobatama yang lain.

Namun kalah postur bisa disubtitusi lewat kecepatan. Maka dalam latihan fisik sehari-hari, menu yang harus disantap adalah berlari sekitar 6 km di kawasan berbukit Setiabudi Regensi Bandung. Mereka pun harus melakukan latihan sprint di tanjakan. Menurut pelatih fisik tim nasional bola basket, Octavianus Matakupan, latihan fisik di pegunungan menjadi tren pemusatan latihan di seluruh dunia. Selain meningkatkan daya tahan, latihan itu membuat seorang atlet memiliki kemampuan memaksimalkan kemampuan paru-paru menghisap oksigen (VO2max).

Latihan yang berat dan spartan memang memerlukan kekuatan mental tersendiri untuk melaksanakan secara konsisten. Namun semua pemain PIMNAD menyukainya (lihat tabel II.4 dan II.5). Para pemain juga bisa menerima menu latihan di daerah perbukitan. Sebanyak 85,7% pemain bisa menerima menu itu sebab hanya dengan cara itulah mereka memiliki ketahanan fisik, kekuatan otot, dan kecepatan untuk mengeliminir segala kekurangan saat menghadapi tim lain.

Dalam kemiliteran menanamkan sikap disiplin salah satunya dengan hukuman fisik. Lukman Hasibuan tidak memberikan toleransi atas kesalahan-kesalahan fundamental yang dibuat pemainnya. Lebih baik memberikan hukuman fisik saat latihan atas kesalahan yang dibuat daripada mereka melakukan kesalahan saat bertanding yang bisa berdampak pada kekalahan. Hukuman fisik yang diberikan mulai dari berlari, sampai ditampar.

"Jika merasa berbuat salah, para pemain sudah otomatis menyorongkan badan untuk diberikan hukuman. Mereka sudah tahu makna latihan dengan disiplin tinggi,” jelas Lukman Hasibuan, dokter yang sehari-hari bertugas sebagai Kepala Rumah Sakit Lhokseumawe.

Yang mencengangkan, para pemain yang rata-rata berpendidikan itu bisa menerima segala hukuman, termasuk yang terberat berupa tamparan.Kedisiplinan dalam latihan sehari-hari berdampak pada kualitas mental para pemain PIMNAD. Mereka terlihat cekatan dalan menjalankan tugas sehari-hari baik di mess maupun di sekolah.

C. Keterbukaan Membuka Diri
Alfred North Whitehead (1861-1947) mengatakan bahwa pendidikan yang bagus akan membuat seseorang terbuka pada lingkungan yang bisa mengatasi segala persoalan. Mental seseorang tidak bisa dipisahkan dari badan. Jadi perkembangan mental seseorang ikut dipengaruhi oleh perkembangan fisiknya.

Whitehead juga mengatakan bahwa dua fungsi penting dari guru adalah menanamkan minat anak didik lewat contoh personality si guru. Fungsi kedua adalah mampu membuka dan membangun iklim pengetahuan dalam benak si anak didik.

Keterbukaan sangat dirasakan dalam keseharian di tim basket PIMNAD. Pekerjaan pelatih kepala tim PIMNAD sebagai dokter yang juga kepala rumah sakit Pupuk Iskandar Muda di Lhokseumawe, NAD, membuatnya mengenal dengan baik seluruh pemain. Kebanyakan para pemain pernah ditangani sebagai pasien oleh dr. Lukman Hasibuan. Lukman pun mengenal baik orangtua para pemain. Ketika sang anak menyatakan minat untuk menyeriusi basket dengan merantau ke Jawa, orangtua dan keluar memberikan dukungan penuh (lihat tabel II.9).

Keterbukaan juga ditanamkan di mess PIMNAD di Setiabudi Regensi. Ketika terjadi friksi kecil antarindividu, semua pemain dipanggil untuk membantu memecahkan masalah. Namun ketika terjadi friksi yang besar, Lukman menyelesaikannya dalam forum terbatas.

Tugas sebagai dokter di Lhouksemawe tak memungkinkan Lukman setiap saat mendampingi berlatih. Ketika kembali ke Lhouksemawe, ia meninggalkan modul-modul latihan yang harus dijalankan pemain dengan penuh tanggung jawab. Sebab mengabaikan modul latihan akan berdampak nyata saat latihan dipimpin langsung oleh Lukman. Selain itu, lewat keterbukaan para pemain pun saling mengingatkan.

Keterbukaan itu berdampak pada rasa hormat pemain kepada pelatih. Sebelum bertanding, para pemain PIMNAD memiliki kebiasaan bagus mencium tangan sang pelatih sebagai wujud rasa hormat atas tanggung jawab yang diberikan. Kebiasaan mencium tangan sang pelatih mungkin adalah satu-satunya hal yang terjadi di lapangan basket di seluruh dunia.

D. KEBERSAMAAN BERBUAH PRESTASI
Alfred North Whitehead dalam bukunya The Aims of Education mengatakan semua guru mengetahui bahwa buah pendidikan akan diperoleh jika dilakukan dengan penuh kesabaran. Kehidupan yang bisa saling menerima adalah manifestasi dari keberhasilan pendidikan. Kita tidak bisa hidup dalam skedul-skedul jika tidak diiringi dengan sikap saling mengerti dan memahami pada individu lain.

Nilai-nilai kebersamaan yang ditanamkan dalam tim oleh Lukman Hasibuan ternyata difahami secara nyata para pemain. Para pemain bisa menerima reward and punishment dengan penuh kesadaran. Selain mengejar prestasi lewat bola basket, mereka juga penuh kesadaran membiayai sendiri pendidikan (lewat orangtua masing-masing), karena kebutuhan sehari-hari di Bandung sudah dipenuhi oleh manajemen tim PIMNAD.

Kebersamaan itu membuahkan loyalitas tinggi pada setiap pemain. Mereka sama sekali tidak ingin pindah ke klub Kobatama lain. Namun pemain juga tidak menutup kemungkinan untuk mengikuti kompetisi profesional (IBL) yang tingkat persaingannya lebih ketat dibandingkan dengan Kobatama. Ada 6 ingin mengikuti Draft IBL sebagai pintu masuk berkompetisi di IBL sementara 8 orang (57,1%) menyatakan tak berminat bermain di IBL (lihat tabel II.15)

Para pemain juga mengakui bahwa latihan bersama-sama di Bandung lebih berprospek dibandingkan jika terus berlatih di Aceh. Mereka melihat bahwa dengan berlatih di kota Bandung lawan tanding bermutu akan diperoleh, juga belajar mandiri, dan kesempatan berprestasi akan terbuka lebar.

Pendidikan progresif yang dikembangkan John Dewey ternyata juga diterapkan dalam latihan keseharian para pebasket PIMNAD. Oleh pelatih Lukman Hasibuan, pemain diminta terus menerus melakukan pengulangan gerakan dengan intensitas yang ditambah. Kemampuan intensitas diperoleh dari latihan fisik dan ketahanan di kawasan berbukit.

Karena terbiasa berlatih berat di tempat yang memiliki oksigen tipis, penggunaan oksigen para pemain PIMNAD menjadi efisien. Ditambah dengan latihan tanding dengan lawan-lawan yang lebih bagus, skill para pemain PIMNAD pun terus terasah. Faktor non teknis yang kebanyakan menjadi kendala tim bisa diatasi lewat kebersamaan dan keterbukaan.

BAB III. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan, beberapa hal yang bisa disimpulkan adalah:
1. Pendidikan menjadi salah satu kunci keberhasilan tim basket PIMNAD bersaing di pentas Kobatama biarpun statusnya debutan (baru pertama kali berlaga). Komitmen itu datang dari diri para pemain. Berkat komitmen itu mereka dengan penuh kesadaran menyediakan waktu 3-8 jam sehari untuk belajar. Para pemain juga memiliki kesadaran membaca dimana 71,4% pemain memiliki kegemaran membaca di atas rata-rata. Mereka pun dengan penuh kesadaran membiayai sekolah/kuliah di Bandung dengan biaya dari orangtua. Dukungan penuh untuk menekuni sekolah dan basket diperoleh dari keluarga masing-masing pemain.

2. Kedisiplinan di segala hal juga menjadi kunci penting prestasi tim basket PIMNAD di pentas Kobatama. Para pemain dengan senang menjalani program latihan berat yang dilakukan sehari-hari. Pemain 100% menyukai latihan spartan yang dikembangkan oleh pelatih dr. Lukman Hasibuan. Pemain pun tak memasalahkan latihan fisik yang dilakukan dengan berlari sekitar 6 km setiap hari (85,6%). Para pemain juga menerima (100%) jika hukuman terberat berupa tamparan harus diterima. Mereka semuanya pernah kena tamparan (100%) dari pelatih akibat kesalahan-kesalahan fundamental yang dilakukan saat berlatih.

3. Perasaan senasib dan sepenanggungan para pebasket PIMNAD yang merantau ke Pulau Jawa membuat mereka saling terbuka satu sama lain. Lukman sukses mengadopsi pemikiran Alfred North Whitehead yang mengatakan bahwa dua fungsi penting dari guru adalah menanamkan minat anak didik lewat contoh personality si guru dan mampu membuka dan membangun iklim pengetahuan dalam benak si anak didik.

4. Kesuksesan bisa diperoleh lewat kebersamaan. Pendidikan progresif yang dikombinasikan dengan latihan spartan ternyata bisa menghasilkan prestasi tertinggi pada penampilan perdana PIMNAD di Kobatama. Para pemain juga mengakui bahwa latihan bersama-sama di Bandung lebih berprospek dibandingkan jika terus berlatih di Aceh. Mereka melihat bahwa dengan berlatih di kota Bandung lawan tanding bermutu akan diperoleh, juga belajar mandiri, dan kesempatan berprestasi akan terbuka lebar. Nilai-nilai kebersamaan yang ditanamkan dalam tim oleh Lukman Hasibuan ternyata difahami secara nyata para pemain. Para pemain bisa menerima reward and punishment dengan penuh kesadaran.

5. Kombinasi yang apik antara pendidikan, kedisiplinan, kebersamaan, dan keterbukaan berhasil menciptakan sebuah tim juara, dalam hal ini PIMNAD. Teladan apa yang dilakukan oleh tim PIMNAD bisa ditiru oleh tim-tim olahraga lain di Indonesia sebab selama ini para atlet jarang bisa sukses sebagai pemain maupun prestasi akademik sebagai mahasiswa/pelajar. Faktor ketokohan yang kuat dari dr. Lukman Hasibuan menjadi salah satu kunci keberhasilan PIMNAD.

Memetik Hasil Benih Unggul

(Tuesday, 17 June 2008) - Fenomena performa Belanda di Euro 2008 sungguh mencengangkan. Wesley Sneijder dkk. membawa kembali the new era of total football. Serangan bergelombang yang dibangun De Oranje membuat lawan bingung sebab semua pemain bisa mencetak gol!

Hebatnya lagi, 17 pemain asuhan Marco van Basten tergolong berusia muda (10 orang berusia antara 21-25 tahun dan 7 berumur 26-30 tahun). Bandingkanlah dengan Prancis maupun Italia, rekan segrup Belanda yang masih mengandalkan skuad uzur di atas 26 tahun.

Dari data liga yang diikuti, ada 16 pemain Belanda yang dimatangkan oleh kompetisi luar negeri. Sementara itu, Italia hanya mengekspor 4 pemain dan Prancis 13 pemain. Hukum Uni Eropa (EU) sangat memungkinkan mobilitas pemain, jual-beli tenaga kerja pesepakbola, perdagangan hak siar, dan berbagai komponen yang berkaitan dengan industri olahraga.

Sejak Traktat Roma disetujui pada 1957, Uni Eropa bergerak total di semua sektor, termasuk sepakbola. Sepakbola Eropa mengalami perubahan dramatis sejak 15 Desember 1995. Hari itu diberlakukan aturan Bosman, khususnya menyangkut transfer pemain.


Anda pasti ingat, Jean Marc Bosman adalah pemain Belgia yang tergabung dalam klub RFC Liege (Belgia). Saat kontraknya habis, ia minta ditransfer ke klub Prancis, Dunkerque. Liege tak mau melepas Bosman secara cuma-cuma, sedangkan Dunkerque tak berminat membayar uang transfer.

Sebagai warga negara Uni Eropa, Bosman menggunakan pasal 48 Traktat Roma (yang sekarang menjadi pasal 39 Traktat Uni Eropa) bahwa ia bebas pindah ke mana pun di Uni Eropa yang mau mempekerjakannya.

Sebelumnya klub adalah majikan pemain. Bosman akhirnya memenangi perkara. Pemain pun menjadi subjek dalam industri olahraga Eropa.

Dengan berlakunya aturan Bosman, klub tidak berhak lagi menahan pemain yang kontraknya selesai agar mendapatkan kompensasi. Pemain itu masuk kategori bebas transfer.

Tenaga Kerja Sepakbola

Mengikuti hukum ekonomi, supply-demand juga terjadi di sepakbola Eropa. Tak hanya di sepakbola, industri olahraga yang lain juga mengalami ’sports labour movement’ pada 1990-an.

Menurut dua peneliti, Joseph Maguire dan Robert Pearton (2000), dalam jurnal berjudul Global Sport and the Migration of World Cup Player, migrasi atlet terjadi di semua cabang olahraga profesional. Maguire adalah profesor sosiologi Universitas Loghborough Inggris, sedangkan Pearton adalah profesor sosiologi Universitas Colorado (AS). Laju perpindahan pesepakbola pasti tinggi usai perhelatan besar yang digarap dengan canggih oleh media elektronik (televisi), termasuk di Euro 2008.

Karena ada permintaan (demand) tinggi di Eropa, pergerakan pesepakbola (supply) pun berlangsung. Selain dari Uni Eropa, aliran tenaga kerja juga datang dari pecahan-pecahan Uni Soviet, perpecahan Yugoslavia, atau terpisahnya Cekoslowakia menjadi Rep. Ceska dan Slovakia. Juga migrasi dari eks Eropa Timur.

Sejalan dengan perkembangan pemasaran olahraga (sports marketing), Benua Afrika, Asia, Amerika, maupun Australia perlu memiliki wakil. Karena itu, berduyun-duyunlah rombongan multiras tadi memasuki Eropa. Hebatnya lagi, dengan cerdik Uni Eropa menerapkan kebijakan mikro maupun makro untuk pengembangan industri sepakbola mereka.


Jadi, janganlah heran jika belakangan ini ada pesepakbola dari negeri jiran ada di Premier League. Ada kepentingan makro yang berhubungan dengan pengembangan pasar di sana.

Dampak Signifikan

Penelitian yang dibuat Raffaele Poli (2006) mengatakan bahwa pasar tenaga kerja olahraga Eropa, khususnya sepakbola, berdampak signifi kan untuk negara-negara Afrika, yang memiliki potensi. Peneliti dari International Center for Sports Studies Universitas Neuchatel, Swiss, ini juga melihat bahwa terjadi peningkatan kemakmuran pada mereka yang sukses menjadi pemain utama di klub-klub Eropa.

Kemakmuran itu sudah di depan hidung perhelatan Euro 2008. ”Pendapatan kami mencapai 1,3 miliar euro. Terbesar diperoleh dari peningkatan kontrak hak siar televisi dan sponsorship yang mencapai 50% lebih besar dari Euro 2004,” kata David Taylor, Sekjen UEFA, seperti dikutip SportBusiness.

Dampak langsung dirasakan Swiss dan Austria, dua negara makmur di Eropa. Karena makmur dan memiliki pendidikan tinggi, para teknokrat olahraga di Austria-Swiss sukses membuat kajian yang akhirnya bisa merebut hak penyelenggaraan Euro 2008, event terbesar ketiga dunia setelah FIFA World Cup dan Olimpiade.

Kebijakan ’memilih pemain’ sungguh dipahami Marco van Basten. Ia memilih pasukan yang segar, muda, makmur, dan juga mempunyai mobilitas tinggi. Basten tampaknya paham benar teori ’human motivation’ dalam bentuk piramida yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1943).

Kebutuhan para pemain Belanda di level terbawah (physiological), safety, love/belonging, hingga esteem, sudah diperoleh. Aktualisasi diri sebagai piramida tertinggi itulah yang kini ada di benak para pemain Belanda. Jika itu sungguh tertanam di benak Sneijder dkk., Belanda tinggal menunggu hari penobatan mahkota! eko@bolanews.com

Dampak Euro 2008: Pasti Untung dan Peduli Lingkungan

(Tuesday, 27 Mei 2008) - Sukses penyelenggaraan dan ramah lingkungan. Euro green, Eropa yang hijau, bisa juga dimaknakan peduli lingkungan. Itulah janji Swiss dan Austria sebagai tuan rumah Euro 2008.

Contoh konkretnya adalah pembangunan Stadion Worthersee di kota Klagenfurt. Oleh pemerintah Austria, stadion itu diberi penghargaan Green Ball karena dianggap sangat ramah lingkungan.

Stadion Worthersee menggunakan pemanas air tenaga surya, teknologi pengontrol cahaya lampu, ventilasi, dan pemanas yang hemat energi. ”Contoh yang bagus. Fasilitas olahraga yang canggih, tapi tetap ramah lingkungan,” ungkap Josef Proll, Menteri Lingkungan Hidup Austria.

Fasilitas olahraga yang ramah lingkungan jelas membutuhkan dana besar untuk membeli teknologinya. Namun, Austria maupun Swiss yakin sepenuhnya bahwa keuntungan yang mereka peroleh, baik tangible maupun intangible, akan lebih besar dari investasi yang ditanam.

Dari studi yang dibuat Mastercard, yang dipublikasi Sport Business, event Euro 2008 akan berdampak pada ekonomi Eropa tak kurang dari 1,4 miliar euro (Rp 20,531 triliun).

”Dampaknya akan sangat positif bagi kedua negara khususnya dan Eropa pada umumnya. Pemasukan mengucur dari penjualan tiket pertandingan, perjalanan, makanan, merchandise, iklan, telekomunikasi, dll,” ungkap Prof. Chadwick, profesor strategi bisnis olahraga dan pemasaran olahraga dari Universitas Coventry, Inggris.

Bahkan Chadwick sudah menghitung bahwa satu pertandingan yang dimainkan entah di Swiss atau Austria senilai 42 juta euro (Rp 616 miliar). ”Pertandingan yang memiliki nilai bisnis besar adalah Prancis vs Italia di Zurich, Belanda vs Prancis, Italia vs Belanda, keduanya di Bern. Ketiga pertandingan di grup C itu akan memberikan dampak ekonomi Eropa tak kurang dari 168 juta euro,” kata Chadwick.

Tiru Jerman

Jika Austria-Swiss berkaca dari Jerman sebagai tuan rumah Piala Dunia 2006, keuntungan itu sudah di depan mata. Investasi pembangunan infrastruktur Jerman untuk Germany 2006 mencapai 4,6 miliar euro. Namun, dampak untuk perekonomian mencapai 12,5 miliar euro. Belum lagi terciptanya lapangan pekerjaan permanen mencapai 10-20 ribu.

Itu dari sisi fi nansial. Keuntungan tak terukur yang diperoleh Jerman adalah kepuasan para turis. Dari survei yang dilakukan, 90% merekomendasikan Jerman sebagai salah satu kota tujuan wisata Eropa. Para responden mengaku sangat puas menjadi tamu di kota-kota tuan rumah perhelatan Piala Dunia lalu.

Dari sisi ekonomi mikro, keuntungan besar dipetik Adidas, apparel resmi Germany 2006. Adidas-Solomon sukses menjual 1,7 juta kostum asli tim Jerman. Bola replika sukses dijual 15 juta. German Railways sukses mengangkut 15 ribu penumpang, sedangkan maskapai penerbangan Lufthansa mendapatkan tambahan 200 ribu penumpang.

Bagaimana dengan keuntungan di Austria? Dari berbagai estimasi, pendapatan Austria dari sektor turisme, media, dan telekomunikasi mencapai 600 juta euro. Dari laporan Sports Econ Austria, sektor pariwisata akan mengalami kenaikan 7%. Lapangan kerja baru yang tercipta lebih dari 10 ribu.

Phil Schaaf, seorang praktisi pemasaran olahraga, menyebutkan empat tren suksesnya bisnis olahraga masa depan. Empat hal itu adalah lokasi, fasilitas olahraga, asuransi atlet, dan ekspansi tim profesional. Ditambah dengan kemampuan memaksimalkan internet, maka sebuah negara dijamin tak akan rugi menggelar sebuah event internasional.

Dari segi lokasi, Swiss dan Austria jelas pantas menjadi tuan rumah. Infrastruktur pariwisata mereka tergolong jempolan. Fasilitas pertandingan juga berkelas dunia walau kapasitasnya terbatas. Tim dan bintang-bintang Eropa kelas dunia pasti menggunakan jasa asuransi. Ekspansi tim-tim profesional sepakbola ke seluruh belahan bumi adalah bagian penting dalam mata rantai industri olahraga.

”Juga jangan abaikan citra positif seperti mendukung kampanye pelestarian lingkungan hidup,” imbuh Schaaf.

Itulah yang ditangkap para pengambil keputusan olahraga di Austria-Swiss ketika memenangi bidding sebagai tuan rumah Euro 2008. Keuntungan yang mereka estimasi, sembari peduli lingkungan, jelas akan membuat citra positif dan tahan lama, long lasting.

Pundi-pundi devisa mereka pun akan terus menggembung beberapa tahun ke depan. Inilah buah dari pembangunan dengan konsep holistik dan one step ahead. eko@bolanews.com

Naluri Wanita dalam Olahraga

(Thursday, 13 Mei 2008) - Kepercayaan dan pengakuan. Ada dua wanita sebagai manajer dan wakil tim Piala Uber Indonesia, Susy Susanti dan Elizabeth Latief. Munculnya nama Susy dan Elizabeth adalah kepercayaan sekaligus pengakuan akan kesetaraan gender di bidang olahraga di Tanah Air.

Susy adalah wanita pertama dan satusatunya wanita perebut medali emas Olimpiade dari Indonesia. Ingatkah Anda medali pertama Indonesia dalam sejarah Olimpiade direbut oleh trio srikandi di Seoul: Nurfi triana, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani?

Ada makna tersirat dari kehadiran Susy. Para pemain Uber diharapkan bisa terpacu untuk meniru prestasi istri Alan Budikusuma ini. Hasil yang mujarab sebab Indonesia menundukkan Jepang, Minggu (11/5).

Dalam sejarah olahraga, semula wanita tak menjadi prioritas dalam pengembangan olah jasmani. Olahraga praktis identik dengan maskulinitas (Freeman, 2001). Jadi, wanita yang menekuni olahraga prestasi dianggap anomali. Wanita pertama kali tampil di Olimpiade tahun 1900 (Olimpiade ke-2) saat digelar di Paris dan terbatas di cabang golf dan tenis.

Dalam perkembangannya, peran wanita semakin besar dalam olahraga sejalan pemahaman hak asasi manusia dan kesetaraan gender. AS mengeluarkan akta title IX 1972 untuk menegaskan bahwa wanita sederajat dengan pria di olahraga.

”Sebelumnya kesempatan untuk wanita sangat terbatas. Persentase mereka tak sampai 40%. Bahkan liputan media tentang olahraga wanita hanya 10%,” kata Marj Snyder, Wakil CEO Women’s Sport Foundation, di Majalah SGB edisi Maret 2008.


Padahal sebenarnya wanita juga pasar potensial. Kermit Pemberton dalam bukunya Sports Marketing – The Money Side of Sports mengatakan bahwa wanita memiliki potensi pembelian (potensial buyer) bagi diri sendiri maupun anak. Pada tahun 1970, hanya 1 dari 27 wanita berolahraga, setelah 30 tahun kini ada 1 dari 3 wanita berolahraga di AS. Tiga olahraga paling diminati adalah bola voli, basket, dan sepakbola.

”Wanita jauh lebih bisa bekerja sama dalam olahraga permainan daripada pria yang individualistis,” ungkap John Wooden, pelatih basket universitas UCLA. Jangan abaikan juga potensi mereka sebagai penonton olahraga dari layar kaca. Dari survei yang dilakukan Sports Services of America, lebih dari 30% penonton NFL (american football), MLB (bisbol), dan NBA (basket) adalah wanita!

Lebih Loyal

Selain buyer potensial, wanita adalah brand loyalist. “Jika sebuah brand sudah menancap di benak mereka, kesetiaan wanita sangat tinggi,” tambah Pemberton. Kesetiaan itu pun akan diturunkan jika ia memiliki anak atau ditularkan pada komunitasnya jika ia belum berkeluarga.

Sayangnya potensi wanita di olahraga di Tanah Air belum digarap benar-benar. Sosok Rita Subowo sebagai Ketua Umum KONI/KOI menjadi bukti bahwa wanita pun bisa menjadi pemimpin olahraga nomor satu. Dalam kasus gesekan dengan Menegpora beberapa waktu lalu, lewat naluri kewanitaannya persoalan yang berpotensi tajam itu berhasil diselesaikan dengan aman.

“Wanita akan cenderung memberikan waktu dan menyalurkan energinya untuk orang lain. Ia pun akan lebih memilih memberikan cintanya untuk yang ia cintai, dalam hal ini olahraga, daripada memperpanjang konflik dengan orang lain,” papar Snyder.


Waktu berolahraga memang sangat mahal bagi wanita Indonesia saat ini, apalagi bagi mereka yang dobel job sebagai wanita karier sekaligus ibu rumah tangga. Dari random sampling terhadap teman-teman saya, hanya 2 dari 10 wanita pekerja yang masih sempat berolahraga!

Wow, padahal anak-anak mereka hampir semuanya ikut aktivitas olahraga di sekolah. Dari berbagai referensi, ibu adalah penentu kegiatan ekstrakurikuler seorang anak!

Kondisi ini tidak boleh dibiarkan dan dianggap enteng. Soalnya sebagai influencer, wanita memegang kunci terhadap kelangsungan regenerasi atlet Indonesia. Serius tidaknya seorang anak berkarier di olahraga sangat tergantung apa kata ibu.

Jadi, ketika sosok seperti Susy atau Elizabeth kembali ke lapangan, kita harus acungkan jempol. Bahkan jika perlu berlomba-lomba memberikan bantuan agar ia tambah kaya ilmu manajemen, psikologi, dan pedagogi dalam mendampingi para juniornya. Figur-figur wanita lain pun harus berani dimunculkan.

Wanita yang mau berkarier sebagai pelatih nasional juga harus didukung penuh, jangan malah dihambat. Ada loh kelebihan mendasar mereka daripada pria, yakni naluri melayani orang lain secara total. Itulah bagian dari kodrat wanita yang membedakannya dengan pria, percaya deh. eko@bolanews.com

Wednesday, September 3, 2008

Rambut dalam Olahraga: Ekspresi Kebebasan dan Rasa Percaya Diri

“Rambut adalah simbol kebebasan individu. Lewat ekspresi rambut, manusia dihargai kodratnya sebagai manusia, bukan mesin!” ungkap Johnny Damon, skuad Boston Red Sox usai menjuarai final liga bisbol Amerika Serikat (AS), World Series 2004. Damon, yang sekarang bermain untuk NY Yankees, sengaja memelihara rambutnya gondrong mirip bintang film Renegade, Lorenzo Lamas.

Lain Damon lain pula Shane Hamman. Berkat penampilan lain dari yang lain, lifter AS, Shane Hamman, dikenali presiden George W. Bush saat tim AS ke Olimpiade 2004 berkunjung ke Gedung Putih. Hamman adalah lifter kelas berat yang dua kali tampil di Olimpiade (2000 Sydney dan 2004 Athena) dikenal sebagai Manusia Terkuat di AS. Ia memiliki ciri khas jenggot sepanjang 8 inch (sekitar 20 cm).



”It’s cool, Shanel. I like it,” demikian ucapan presiden Bush seperti ditirukan Hamman kepada koran USA Today edisi 15 Desember 2004.
Hamman disebut manusia terkuat Amerika karena memiliki rekor angkatan skuat 1.000 pon (453,6 kg), clean and jerk 500 pound (226,8 kg), dan snatch 430 pound (195 kg). Ia bertanding angkat besi di kelas 105 kg.

”Jenggot yang diikat (goatee) adalah ciri khasku. Ia cocok sekali dengan karakteristikku,” ungkap pria kelahiran 20 Juni 1972 ini. Dengan tinggi badan 175 cm, Hamman memiliki berat 136 kg dengan lingkar leher 22 inch (55 cm), bisep 22 inch (55 cm), dan lingkar paha 35 inch (88 cm).

Baik Damon maupun Hamman adalah contoh ekspresi atlet menggunakan rambut. Di sepakbola, potongan rambut ala David Beckham (Real Madrid) selalu ditunggu para pemujanya. Sedangkan di basket, potongan cornrows ala Allen Iverson (76ers, Denver) menjadi mode yang bertahan sampai sekarang. Bahkan komunitas streetballer secara tak resmi menjadikan rambut potongan Iverson menjadi model acuan.

Penggemar NBA pasti masih ingat juga bagaimana mantan pemain Denver Nuggets, Chris Andersen sering gonta-ganti rambut. Ia pernah menata rambut bergaya spikes setinggi 8 inch (20 cm) saat datang ke lapangan, yang akhirnya diminta pelatih untuk membasuh rambut itu dengan air usai pemanasan agar tak mengganggu pemain kawan maupun lawan. Andersen juga menyukai potongan rambut ala tentara Viking dalam legenda cerita Skandinavia.

Beda lagi dengan bintang tim NBA Utah Jazz asal Rusia, Andrei Kirilenko. Kirilenko sangat memahami ketokohannya, baik di AS maupun negeri asalnya. Maka ia sering berganti mode setiap 3-4 bulan. Kadang-kadang model old-school boy, atau spiky highlights, atau crazy Mohawk.



“Saya hanya ingin menyuntikkan energi baru saat berada di lapangan. Saya lebih senang menggunakan rambut sebagai media aktualisasi daripada tato. Saya juga tak mau menjadi tokoh negatif para fans lewat kegiatan merokok atau minum-minum,” ungkap Kirilenko yang membawa Utah Jazz ke final wilayah Barat NBA Play-off 2007 melawan San Antonio Spurs.

Perkembangan Mode Rambut

Perkembangan mode rambut di olahraga identik dengan komunitas. Pada tahun 1950-an, mode yang paling terkenal adalah the flattop buzz cut. Astronot NASA banyak memotong rambutnya dengan model ini. Bahkan sampai sekarang, potongan rambut flattop masih banyak diminati di kalangan astronot. Dalam klip lagu ”Come Together”, kelompok musik legendaris asal Inggris, the Beatles memperkenalkan potongan rambut ini dan mengindentikkan dengan aliran konservatif.

Dalam skandal Watergate, potongan rambut H.R. Haldeman menjadi salah satu kenangan visual model flattop. Julukan Halderman di White House adalah ’the brush”. Di pentas olahraga, quarterback Baltimore Colts, Johnny Unitas, adalah contoh atlet yang menggunakan potongan rambut the flattop buzz cut.

Di era 1960/70-an, bentuk potongan rambut pun berbeda. Bintang NBA asal Philadelphia 76ers, Julius ‘Dr J” Erving memperkenalkan model afro. “Pistol’ Pete Maravich hadir dengan potongan floppy locks yang match benar dengan kaos kakinya, floppy socks. Oakland Athletics reliever, Rollie Fingers bergaya dengan model kumis yang dipelintir (handlebar mustache). Lain halnya dengan New York Jets running back, John Riggins yang bergaya dengan rambut ala mohawk. Sedangkan quarterback Jets, Joe Namath berdandan dengan rambut shaggy dengan kumis ala Fu Manchu.

Pada tahun 1980-an, gaya rambut atlet pun berubah. Michael Jordan, superstar NBA dari Chicago Bulls mencukur plontos rambutnya. Kontan popularitas Jordan membuat pebasket NBA melihat kepala plontos menjadi salah satu mode menarik yang ternyata bertahan sampai sekarang.

Goose Gossage, reliever New York Yankees memilih memotong pendek rambut namun memelihara kumis Fu Manchu. Itu dilakukan Gossage untuk menjawab larangan pemilik Yankees, George Steinbrenner yang melarang para pemain Yankees berambut panjang/gondrong.



Pada era 1990-an, tren rambut diwarnai oleh mode yang dibawa Andre Agassi (tenis) dan pitcher Randy Johnson (bisbol) yang memotong rambutnya tipis di depan, samping, dan depan namun memanjangkannya di bagian belakang (mullets).
Sedangkan Dennis Rodman, pebasket Chicago Bulls datang dengan rambut yang dicat warna-warni dengan warna pelangi. Jimmy Johnson, pelatih Dallas Cowboys, di era ini berpenampilan dengan menyemprotkan hair spray sehingga rambutnya terlihat kelimis.


Di era 2000-an, munculnya generasi Allen Iverson membuat tren rambut kembali berubah. Iverson membawa mode corn-row yang bertahan sampai sekarang.

Tak Mau Kalah

Bagi atlet profesional, penampilan menjadi salah satu faktor penting menuju ketenaran. Selain tenar, pundi-pundi penghasilan juga akan bertambah jika dikontrak produk-produk fashion maupun merchandise. Dalam urusan dandan, para olahragawan pria pun tak mau kalah dengan wanita.



”Mereka adalah bintang-bintang. Ibaratnya musik rock, mereka adalah pusat tontonan,” ungkap ahli kecantikan Louis Licari. Licari memiliki salon ternama di New York dan Beverly Hills bernama ’King of Color’ karena kepiawaiannya memadu warna. “Status sebagai superstar membuat para atlet melakukan pilihan penampilan, salah satunya lewat rambut. Kebetulan mereka pun tak bermasalah dengan berapa pun biayanya.”


Para atlet kondang memiliki tukang potong rambut langganan, yang biasanya juga menangani kaum selebritas. Sally Hersberger misalnya. Tukang potong rambut Meg Ryan, Jennifer Aniston, dan Jane Fonda ini menjadi tukang potong rambut petenis Roger Federer. Kepada para selebritas itu ia memungut ongkos US$ 600 (sekitar Rp 5,4 juta).

Quarterback Carolina Panthers, David Carr, menyenangi potongan rambut pendek. Lain halnya Johnny Damon yang suka berpenampilan gondrong. Carr pernah sengaja gondrong saat menjadi rookie 2002. Ia dan ayahnya berkaul baru akan memotong rambut jika timnya Houston Texans menang dua kali berturutan (back to back). Media kontan menangkap berita menarik itu. Saat kaulnya tercapai, Carr dan ayahnya memotong rambut di auditorium stadion Reliant diliput 9 stasiun TV secara langsung.



“Sungguh tak nyaman saat rambut dipotong ditonton langsung 60-70 orang. Belum lagi yang melihat lewat televisi secara langsung,” ungkap Carr. Shaida Kootahi, si tukang potong rambut langganan Carr pun merasa grogi. ”Saya nervous juga,” ungkap Kootahi yang tak biasa pekerjaannya dilihat begitu banyak orang. Untuk jasa Kootahi, Car membayar US$ 28 saja berikut tip US$ 100.


Apakah ada atlet pria yang memelihara rambut tak mau kalah dengan wanita hingga sepinggang? Dialah San Jose State defensive tackle, Buick Tuua. Pria berdarah Samoa ini pede dengan rambut panjang sepinggang. ”Saya tak memotongnya sejak kelas satu SMP,” ungkap Tuua. Apa alasannya memanjangkan rambut? ”Rambut panjang memberiku energi ekstra. Ia salah satu sumber kepercayaan diriku,” ungkap Tuua kepada koran USA Today.

Bagi pemain football tim Pittsburgh Steeler di posisi safety, Troy Polamalu, rambut panjang membuatnya memiliki karakter pahlawan seperti dalam legenda-legenda dunia. ”Rambut panjang membuatku identik dengan tokoh Samson yang mempunyai rambut panjang sebagai sumber kekuatannya sebelum dipotong Delilah. Tokoh suku Indian, Samurai di Jepang, Yunani, atau legenda Cina semuanya berambut panjang, bukan?” ungkap Polamalu.

Namun tak semua atlet beranggapan bahwa rambut panjang atau memiliki rambut yang tertata berkorelasi dengan penampilan sebagai seorang juara. Pemegang medali emas Olimpiade musim dingin di cabang speedskater, Apolo Anton Ohno, mengaku tak mau ambil pusing dengan urusan rambut dan penampilan. ”Saat saya berlomba, penampilan diri adalah nomor dua. Saya berkonsentrasi penuh pada nomor olahraga yang saya geluti,” ungkap Ohno.

Dana Amal Lewat RambutLewat rambut ternyata bisa menolong sesama yang kesusahan. Lihatlah apa yang dilakukan atlet snowboard AS, Lindsey Jacobelis. Sejak usia 19 tahun, Lindsey mendonasikan rambutnya ke yayasan Locks of Love.

Locks of Love (situs resminya http://www.locksoflove,org/) yang bermarkas di Lake Worth, Florida, bergerak di bidang bantuan untuk anak-anak usia 18 tahun ke bawah yang mengalami masalah kehilangan rambut karena penyakit alopecia areata dan akibat kanker.

“Rambut saya bisa sampai ke pinggang. Ketika dipotong, ia akan dibuang begitu saja. Saya memilih biarlah locks of love yang memangkasnya,” ungkap Jacobelis. Rambut-rambut itu dirangkai untuk kemudian dijadikan wig yang akan dipakai oleh anak-anak yang menderita kelainan. Diperlukan waktu sekitar 4 bulan untuk membuat sebuah wig (terdiri dari 140 ribu untai rambut atau 6-10 rambut poni). Di pasaran, harganya mencapai US$ 3.500-6.000.

Atlet football jebolan Oregon State, Keller Christensen, mendonasikan rambut sepanjang 16 inch (sekitar 40,6 cm) miliknya ke Locks of Love. Christensen adalah penggemar rambut panjang. Untuk mendapatkan rambut sepanjang 16 inch itu diperlukan waktu tak kurang 2,5 tahun. ”Saya mendengar Locks of Love dari seorang teman. Akhirnya saya memutuskan mendonasikan rambut saya,” ungkap Christensen.

Namun tak semua rambut hasil donasi bisa langsung digunakan. Menurut Susan Stone, direktur eksekutif Locks of Love, per minggu ia menerima 2.000-3.000 donatur. Namun 70% tak bisa digunakan. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar rambut bisa digunakan adalah:1. Panjang rambut minimal 10 inch (25,4 cm)2. Rambut mesti dibundel mirip ekor kuda (ponytail) atau dikepang (braid)3. Rambut harus bersih dan kering.4. Rambut boleh berwarna alami bukan karena bleaching atau efek kimiawi.

Sedikit Rambut, Tambah Cepat

Peranan rambut dalam olahraga renang sedikit berbeda. Meskipun banyak atlet renang yang berambut panjang, namun saat mereka berenang, kontak rambut dengan air harus diminimalkan. Mengapakah demikian?

Air lebih padat dibandingkan udara. Seorang perenang memerlukan energi 5-10 kali lebih besar dibandingkan pelari. Kemampuan mengapung manusia di air ditentukan oleh kecepatan kayuhan tangan/kaki, hambatan (resistance), dan gaya tarik (drag).Manusia adalah perenang tak efisien dibandingkan ikan lumba-lumba. Efisiensi lumba-lumba mencapai 80-90 persen, sementara efisiensi perenang terbaik dunia hanyalah 10%. Alasannya adalah bahwa badan manusia memang tidak didesain untuk hidup di air, tidak aerodinamis (streamlined), dan harus mengayuh untuk bisa melawan hambatan di air. Dalam gambar ini, orang di atas lebih streamlined daripada yang di bawah.

Drag adalah gaya hambat yang menghalangi pergerakan perenang di air. Drag diilustrasikan berlawanan dengan gerakan perenang.

Gesekan antara air dengan kulit perenang mempengaruhi tarikan molekul air. Karena dalam perlombaan renang selisih kemenangan bisa hanya 0,01 detik, maka pengaruh gesekan dengan tubuh bisa berpengaruh secara signifikan. Semakin sedikit gesekan yang terjadi, maka gerakan si perenang akan semakin cepat.

Gesekan dengan tubuh perenang disebabkan oleh 3 variabel wilayah permukaan kulit, tekstur permukaan kulit, dan kecepatan. Perenang bisa mengontrol sendiri variabel tekstur permukaan kulit dengan mencukur rambut. Secepat apakah manusia berenang melawan ikan?

Kecepatan Berenang Manusia vs Ikan
Spesies Kecepatan (km/jam)
Sailfish (hiu gergaji) 110 km/jam
Bluefish; ikan tuna 70 km/jam
Ikan Paus Biru 64 km/jam
Ikan Paus Sperm 32 km/jam
Ikan Paus Bongkok 14 km/jam
Manusia 13 km/jam

Dalam tiga dekade terakhir, perenang biasanya mencukur habis rambut di permukaan kulit yang kontak langsung dengan air. Rambut di kepala biasanya juga dicukur gundul. Kalaupun tidak dicukur, kepala perenang biasa memakai penutup kepala yang bertekstur licin. Namun penemuan teknologi pakaian renang yang revolusioner membuat perenang tidak perlu lagi mencukur rambut semuanya jika ia menggunakan pakaian itu.

Penelitian yang dilakukan Sharp and Costill (1989) terhadap konsentrasi asam laktat darah dan panjang kayuhan perenang sebelum dan sesudah memotong rambut, menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perenang yang memotong rambutnya, panjang kayuhannya 10% lebih tinggi, energi yang diperlukannya lebih sedikit 21% dibandingkan mereka yang tidak memotong rambut.

Jadi, semakin sedikit rambut kontak dengan air, makin cepatlah ia bergerak di air!



DAFTAR PUSTAKA
Flat-Top Crewcuts. (http://www.pathguy.com/flattop.htm)

Fortin, Francois. 2000. Sports: The Complete Visual Reference. Firely Books Ltd, Canada.

Intisari. 2002. Rahasia Tubuh Tersimpan di Rambut. (http://www.indomedia.com/ Intisari/2002/01/warna_rambut1.htm)

Johnny Unitas profile. (http://www.cmgww.com/football/unitas/)

Kompas Cyber. 2002. Agar Rambut Selalu Sehat. (11-04-2004, 1906 WIB - KOMPAS Cyber Media - Kesehatan.htm

Pictures NBA, NFL, and MLB Players at http://www.yahoo.com/

Profile National Football League Players at http://www.nfl.com/players/ playerpage/396174

United States Olympic Team. Profile Shane Hamman. (http://www.usolympicteam.com/ 26_828.htm)

USA Today. 2004. Donating hair supply is kids' sweet dreams. Sports Section, sports/2004-12-14

USA Today. 2004. Hair care 'neurotic' practice for athletes. Sports Section, sports/2004-12-14

USA Today. 2004. More male athletes find root of expression in their hair. Sports Section, sports/2004-12-14

Zumerchik, John. 1997. Encyclopedia of Sports Science volume 2. Simon and Schuster MacMillan, New York, USA

Perkawinan Olahraga dan Pariwisata

Saat menuliskan ini di bulan Maret 2007 saya sedang berdingin-dingin ria di Moskow, ibukota Rusia. Kota yang indah ini masih diselimuti salju, meski tak tebal lagi. Ajakan dari mantan direktur IBL, Agus A. Mauro, ke Rusia sungguh berat ditolak, sebab sudah lama saya memimpikan bisa berfoto di depan Kremlin dan Lapangan Merah yang kesohor itu.

Waktu masuk kota Moskow dari bandara Sheremetyevo usai terbang 4 jam dari Tashkent Uzbekistan , saya melihat rombongan mobil tentara. “Ah mereka bukannya mau perang tapi mau ada pertandingan sepakbola,” ungkap Serghey, sopir mobil carteran.

Hhm, olahraga Rusia memang dikembangkan dalam suasana militer saat masih dalam rezim komunis. Dari buku Comparative Physical Education and Sports karangan Bruce L. Bennett dkk., klub menjadi inti pengembangan olahraga Sovyet saat itu. Kollektivs (klub) menjadi milik 36 organisasi olahraga amatir (sport societies) yang dinamai sesuai dengan bidangnya.

Sport societies itu antara lain Spartak (koperasi produksi), Dinamo (polisi rahasia), Burevestnik (mahasiswa), Locomotif (jawatan transportasi), dan Trud (buruh), yang ada di 15 negara anggota federasi Uni Sovyet. Nah, mobil tentara itu adalah rombongan tim sepakbola Dinamo Moskow.

Salah satu tujuan saya ke Moskow juga meliput Liga Basket Eropa (Euroleague). Ada dua tim Moskow yang tampil di babak 16 besar: CSKA dan Dinamo. Untuk yang Dinamo punya keistimewaan sebab mereka baru ikut Euroleague musim 2006/2007 namun sudah bisa langsung lolos ke babak 16 besar. Iklim olahraga kental sejak dulu membuat Dinamo Moskow bisa sukses seperti sekarang.

Promosikan Pariwisata

Pembaca, kalau di film-film mafia Rusia sangat dingin, sangat saya rasakan di sini. Rombongan dari Indonesia yang mengikuti event the Moscow International Travel & Tourism (MITT) 2007 harus bekerja ekstrakeras mengatasi segala kesulitan. Mulai dari susahnya pengeluaran kargo, hingga tenaga kerja pembuatan stand (booth).

Karena keterbatasan itulah, akhirnya kami pun bahu membahu menjadi tukang angkut, pembuat booth, tukang kayu, desainer, hingga penjaga stand. Itulah kesaktian orang Indonesia yang membuat saya geleng-geleng sendiri sebab semua dilakukan di bawah tekanan suhu dingin mendekati nol derajat! Misi yang dilakukan adalah memperkenalkan pariwisata Indonesia, khususnya pariwisata dan property di Bali.

Terus terang, saat pergi ke Tashkent, Uzbekistan, betapa saya membandingkan bahwa penggarapan pariwisata di Indonesia kurang maksimal. Padahal, dalam industri olahraga, seperti dipaparkan kandidat ketua KONI Pusat, Helmy Sungkar, sektor pariwisata adalah salah satu sisi koin penting.

“Kalau industri olahraga mau sukses, garap juga sektor pariwisata,” ungkap Helmy saat di kantor BOLA beberapa waktu lalu. Saat di Tashkent dan Moskow itulah saya setuju sekali dengan pendapat Helmy, yang intens menggeluti kepromotoran otomotif.

Pariwisata dan olahraga adalah dua sisi mata uang yang saling berkaitan, bahkan harus saling dikawinkan. eko@bolanews.com

Penonton, Kandang Kita, dan Beckham

’Ini Kandang Kita’. Sebuah tagline yang sangat sukses pada pergelaran Piala Asia 2007 di Jakarta. Slogan itu terbukti mampu mengundang para supporter Indonesia untuk datang berbondong-bondong memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno setiap kali Indonesia berlaga.

Inilah reaksi pasar yang tak diperhitungkan sebelumnya. Tontonan sepakbola yan selama ini identik dengan strata menengah ke bawah, ternyata kali ini bisa menggerakkan gairah papan atas. Menjelang pertandingan menentukan Indonesia vs Korsel, pusat perbelanjaan Plasa Senayan dan Senayan City jadi tempat transit dan ’ngadem’ bagi calon penonton papan atas.

Para penonton itu tentu saja mencari hiburan dan suasana olahraga yang langka terjadi di Jakarta. Ya, kapan lagi bisa menikmati tontonan sepakbola dengan kualitas penyelenggaraan internasional jika tidak di event ini.

Tujuan penonton Indonesia datang ke lapangan bola ternyata sejalan dengan hasil riset Daniel F. Mahony dkk di J League Jepang. Bersama empat koleganya, Mahony melakukan riset berjudul Motivational Factors Influencing the Behaviour of J. League Spectators (2002). Mahony melaporkan tujuh hal yang membuat penonton datang ke lapangan yakni drama di lapangan, pengalaman pribadi yang tak tergantikan, estetika permainan sepakbola, perlengkapan tim, perlengkapan pesepakbola, perlengkapan tempat pertandingan, dan kebanggaan komunitas.

Suasana yang aman dan mencari pengalaman ternyata menjadi indikator para penonton papan atas. ”Ini event internasional. Pasti standar keamanannya internasional dan terjamin,” ungkap seorang penonton, sebutlah namanya David, yang memarkir mobil Jaguarnya di Senayan City lantas berjalan kaki masuk ke kompleks stadion utama bersama kedua anak laki-lakinya. Kaos timnas Indonesia sudah mereka pakai, dan tentu saja original dengan harga ratusan ribu rupiah per potong.

Yang mengejutkan juga, pasar merchandise timnas laris manis bak kacang goreng di pergelaran Piala Asia 2007. Mau yang asli maupun palsu, semua diborong.

Melihat tren itu, ternyata tontonan olahraga di Indonesia memiliki potensi pasar mencengangkan. Dalam pembahasan penelitiannya, Mahony mengungkapkan bahwa unsur kepuasan menonton menjadi prioritas utama responden. Selain puas karena adanya jaminan tempat duduk, mereka berharap mendapat sesuatu (nilai tambah) usai menyaksikan pertandingan 2x45 menit tersebut.

Penonton merasa nyaman dan aman adalah syarat yang tak boleh dibantah dalam sebuah pertunjukan. Dalam pertunjukan musik di Jakarta, penonton senantiasa berbondong-bondong meskipun harga tiket tidaklah murah. Sedangkan di olahraga, perlu effort ekstra dari para penyelenggara event untuk mendatangkan penonton. Sebab fasilitas olahraga yang memadai, nyaman, dan aman bisa dihitung dengan jari di Tanah Air. Stadion utama Bung Karno pun sempat padam lampu saat Korsel berjumpa Arab Saudi adalah contoh paling gres bagaimana pengelolaan fasilitas olahraga di Tanah Air.

Pesona Beckham

Dalam waktu bersamaan, Amerika Serikat kedatangan tokoh sepakbola asal Inggris, David Beckham. Kedatangan Beckham membela LA Galaxy benar-benar mendatangkan daya tarik tersendiri. Pertandingan pertamanya berkostum Galaxy melawan Chelsea, ternyata mampu mendongkrak rating TV ESPN.

ESPN mencatat, rating tertinggi mereka adalah 1.0 pada debut MLS di 1996. Saat itu berhadapan D.C. United versus San Jose Clash yang ditonton pemirsa TV sekitar 1.092.000. Sedangkan dalam pertandingan perdana Beckham membela Galaxy, rating TV masih 1.0 namun ditonton 1.468.000.

Angka rating 1.0 tentu saja masih rendah. Sebagai pembanding, final liga basket NBA 2007 antara San Antonio Spurs vs Cleveland Cavaliers mendapatkan angka rating hanya 6,3 pada gim pertama. Pada pertandingan pertama antara Miami Heat vs Dallas Mavericks setahun sebelumnya (final 2006), rating yang diperoleh 7,8. Jadi, apakah kebintangan Beckham akan mampu mengubah angka rating 1,0 itu menjadi di atas 5,0?

Inilah perjudian besar yang dilakukan CEO of Anschultz Entertainment Group (AEG), Timothy J. Leiweke. Leiweke adalah salah satu orang terkaya di AS. Total kekayaannya mencapai US$ 7 miliar dan menempati peringkat 31 di Amerika Serikat. Kontrak sebagai pemain dan kontrak promosi Beckham mencapai US$ 250 juta untuk 5 tahun.

Menurut George Stone, Ph.D. pengajar pemasaran dari George College & State University , penokohan selebritas dalam sebuah cabang olahraga mutlak diperlukan. Kebintangannya akan mendongkrak penjualan tiket maupun merchandise. Kehebatannya di lapangan akan mengundang orang-orang datang menonton langsung, bahkan mereka merekomendasikan ke orang lain yang akan menggerakkan popularitas cabang olahraga yang bersangkutan.

Prestasi Beckham di Premiership saat membela Manchester United dan Real Madrid di La Liga adalah jaminan mutu untuk kemampuan teknis. Untuk itulah Leiweke memberikan tempat untuk pembentukan akademi sepakbola Beckham di Los Angeles. Kenapa Los Angeles? Sebab LA berada di California dimana komunitas Hispanik dan Asia banyak bermukim. Merekalah pasar potensial, selain komunitas Italia, Jerman, Prancis, maupun Afrika.

Di Los Angeles, naluri selebritis Victoria a.k.a Posh Spice, akan mendapatkan penyaluran. Persaingan antar selebritis dan gosip-gosip akan menjadikan berita Beckham menjadi santapan menarik. Di Los Angeles juga ada tim basket NBA: LA Lakers dan LA Clippers yang popularitasnya tengah naik. Leiweke adalah pemilik stadion Staples Center – markas Lakers dan Clippers – yang pasti akan memberikan tempat khusus bagi Beckham agar terus menerus disorot kamera TV.

Di lapangan bisbol, ada Anaheim Angels yang jarak stadionnya hanya sepelemparan batu dari Los Angeles. Beckham juga pasti akan dihubungkan dengan Barry Bond, jagoan home run dari San Francisco Giants. Cukup 30-40 menit naik pesawat dari Los Angeles, wajahnya akan nampang di TV-TV yang menayangkan bisbol dari San Francisco. Beckham juga pasti akan menjadi tamu agung tim-tim American Football di kawasan California, bahkan juga seluruh Amerika.

Seperti ditulis rekan saya, Bobby Arifin yang menempel terus aktivitas mpok Becky – demikian sandi kami untuk Beckham – Beckham bukanlah Harry Potter. Walaupun menjadi tokoh sentral, Potter perlu bantuan rekan macam Ron, Hermione, Sirius Black, maupun Dumbledore dalam mengembangkan kekuatannya melawan Voldemort.

Saya juga tak pernah percaya bahwa tokoh Potter akan dimatikan J.K. Rowling dalam buku terbarunya Deathly Hallows, seperti yang digosipkan banyak orang. Saya sudah tahu siapa yang akhirnya mati, namun tak enak kalau ditulis di artikel ini. Yang pasti, sama seperti Rowling, Leiweke sangat mengerti bagaimana mengelola aset sekaliber Beckham.

Ia punya waktu lima tahun untuk menjawab segala nada pesimistis dan Leiweke tahu banyak hal sebab ”Amerika adalah Kandang Saya”. eko@bolanews.com