Coffee Break

Phil Jackson (NBA head coach with 10 championship rings) said "If you think practice is boring, try sitting on the bench. For every dream there is a sacrifice."

"Winning is about thinking one step ahead"

"Kemerdekaan sejati lahir dari keberanian mengikuti kata hati"

Thursday, September 4, 2008

Penanaman Nilai Kebersamaan, Keterbukaan, dan Disiplin dalam Pencapaian Prestasi Olahraga Beregu (Studi Kasus Keberhasilan PIMNAD Menjuarai Kobatama)

PENDAHULUAN
Dalam Undang-Undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional definisi Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pengembangan potensi diri bisa dilakukan dengan berbagai hal, salah satunya adalah lewat olahraga. Kemampuan berolahraga seseorang dimulai sejak dini lewat pendidikan jasmani (penjas) dan olahraga. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan meningkatkan kemampuan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui aktivitas fisik. Sedangkan olahraga adalah setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan pertandingan/perlombaan melawan orang lain, diri sendiri, ataupun unsur-unsur alam.

Dalam olahraga prestasi, seperti bola basket, komposisi yang seimbang antara latihan rutin dengan pendidikan atlet, kebersamaan, dan disiplin adalah kunci penting meraih kesuksesan. Rendahnya disiplin atlet-atlet olahraga Indonesia membuat mereka sering gagal di sisi akademik. Kondisi berbeda ditemukan di tim PIMNAD (Nangroe Aceh Darussalam) yang justru bisa mengkombinasikan antara latihan rutin, pendidikan, kebersamaan, dan disiplin. Kompetisi bola basket di Indonesia terbagi dalam dua jenis yakni profesional dan amatir.

Kompetisi profesional dilaksanakan oleh Liga Bola Basket Indonesia (IBL). Sedangkan kompetisi amatir dilakukan oleh Kompetisi Bola Basket Utama (Kobatama), Kobanita, Liga Basket Mahasiswa (Libama), dan Liga Basket Pelajar (Libala).

Dalam sejarah penyelenggaraan Kobatama sejak 1982, dominasi juara datang dari tim-tim Jawa. Namun dominasi itu berhasil dipupus oleh tim asal Nangroe Aceh Darussalam, PIMNAD. Hebatnya, keberhasilan itu diperoleh pada penampilan perdana PIMNAD di Kobatama pada tahun 2005 setahun setelah musibah tsunami.

Keberhasilan PIMNAD menghentikan hegemoni regu basket asal Jawa tidak terlepas dari sistem pemusatan latihan yang dilakukan di Bandung, Jabar. Lukman Hasibuan, pelatih sekaligus manajer tim, menyadari sepenuhnya bahwa untuk bisa bersaing dengan regu asal Jawa, para pemain Nangroe Aceh Darussalam (NAD) harus ditempa di sarang macan yakni di pulau Jawa.

Pemilihan Bandung dengan alasan kota ini memiliki banyak sekolah berbobot sehingga pendidikan para pemain tidak terbengkalai. Lukman menyadari bahwa masa depan para pemainnya juga ditentukan oleh keberhasilan studi. Maka sejak mengirimkan pemain dari NAD, Lukman menekankan bahwa para pemain mesti menomorsatukan pendidikan dari segalanya. Mayoritas pebasket PIMNAD kuliah di Universitas Padjajaran (Unpad).

Dari sisi teknis basket, kota Bandung memiliki banyak tim basket bagus yang akan menjadi lawan tanding bermutu bagi tim PIMNAD. Kemudian, pemilihan mess di kawasan berbukit perumahan Setiabudi Regensi juga ditujukan agar pemain memiliki kebugaran prima, selain melatih kedisiplinan dan kerjasama tim di luar lapangan.

Dalam kehidupan sehari-hari, Lukman menanamkan keterbukaan kepada seluruh pemain. Hubungan yang dilakukan ibarat Bapak dan Anak. Pemain bebas mengungkapkan perasaan demikian pula sebaliknya. Mereka diberi tanggung jawab mengelola sendiri mess di kawasan Setiabudi Regensi, termasuk belanja keperluan sehari-hari. Sebagai sumber keuangan untuk keperluan sehari-hari, pemain dipasrahi mengelola satu unit angkot rute Cicaheum-Ledeng.

Persiapan yang dilakukan sejak tahun 2002 itu akhirnya berbuah manis dengan keberhasilan PIMNAD menjuarai Kobatama 2005. Keberhasilan itu adalah buah sinergi yang manis antara pendidikan, kedisiplinan, kebersamaan, dan keterbukaan. Berdasarkan hal itulah maka dipilih judul ‘Penanaman Nilai Kebersamaan, Keterbukaan, dan Disiplin dalam Pencapaian Prestasi Olahraga Beregu’ dalam tugas akhir mata kuliah Isu-Isu Kritis Pendidikan.

Penulis melakukan penelitian kecil pada periode Desember 2005. Kepada 14 pemain yang menjadi subjek dari keberhasilan tim PIMNAD menjadi juara Kobatama 2005 diedarkan kuosioner untuk mengetahui apakah kebersamaan, keterbukaan, dan kedisiplinan menjadi salah satu kunci keberhasilan. Juga ingin diketahui bahwa pendidikan merupakan faktor yang tidak diabaikan oleh para pemain.

Hal-hal yang akan dianalisis dan dibahas dalam tugas ini adalah:
1. Apakah pendidikan menjadi salah satu kunci kunci sukses keberhasilan klub basket PIMNAD?
2. Apakah kedisiplinan menjadi kunci para pemain basket PIMNAD dapat memetik sukses di bidang pendidikan maupun pencapaian prestasi maksimal di pentas olahraga prestasi?
3. Apakah keterbukaan menjadi modal berharga bagi para pemain untuk bisa saling menerima satu sama lain?
4. Apakah rasa kebersamaan juga menjadi salah satu faktor penentu dalam keberhasilan antara studi dan prestasi olahraga?

Data yang diperoleh diolah menggunakan software pengolah data SPSS versi 12.5. Saat mengisi angket, peneliti meminta pemain yang diteliti tidak mencantumkan nama. Angket berbentuk digital diberi nomor antara 1 sampai 14 yang dikirimkan oleh responden secara tertutup menggunakan surat elektronik (e-mail).

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pendidikan Menjadi Kunci Keberhasilan Tim Basket PIMNAD
Pemahaman empat pilar pendidikan seperti yang ditegaskan UNESCO: learning to know, learning to be, learning to do, dan learning to live together ternyata dipahami benar oleh segenap pebasket PIMNAD. Dari total 14 pebasket yang menjadi pilar saat menjadi juara Kobatama 2005, semuanya bersekolah (lihat tabel II.1). Dari tabel itu, 2 sedang menyelesaikan pendidikan S-1, 11 pendidikan D-3, dan 1 orang pelajar SMA.


Tabel II.1
Latar Belakang Pendidikan Terakhir Pemain (N=14)


Keseriusan para pebasket belajar bisa dilihat dari alokasi waktu yang disediakan untuk belajar dan membaca informasi lain. Ada 10 pemain (71,4%) yang mengalokasikan waktu antara 5-8 jam sehari untuk belajar.

Komitmen para pebasket PIMNAD menyeriusi studi sejalan dengan pemikiran Carnoy dan kawan-kawan yang mengatakan bahwa komitmen pada pendidikan akan meningkatkan semangat kerja individu. Kemampuan masing-masing individu dan pengalamannya akan bertambah sejalan dengan pendidikan yang ia peroleh. Pendidikan akan mengembangkan diri si individu.

Terjadi korelasi antara tingkat pendidikan dengan kemampuan di lapangan. Gelar pemain terbaik (Most Valuable Player/MVP) pada Final Kobatama 2005 jatuh ke tangan Heru Dwi Putra, yang secara akademis ternyata sudah menamatkan pendidikan D-3 Akuntansi di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, dua bulan sebelum pertandingan final dan saat ini ia tengah melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1.

Minat baca para pebasket PIMNAD juga tinggi. Tiga orang menyatakan sangat suka membaca (21,4%) dan tujuh suka membaca (50%). Sedangkan empat orang minat bacanya biasa-biasa saja (28,6%).

B. Kedisiplinan adalah Kunci Penting
John Dewey, seorang pendidik yang memiliki andil besar dengan pemikiran-pemikiran instrumentalisme, mendefinisikan pendidikan sebagai penataan ulang atau rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami dalam kehidupan individu sehingga segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna. Definisi itu mengandung arti bahwa bahwa seseorang berfikir tentang pengalaman-pengalaman yang dilaluinya.

Pemikiran Dewey tentang minat dan disiplin adalah sebagai berikut:
“…Interest and discipline are correlative aspect of activity having an aim. ..In other hand, interest and discipline protect us from the notion that mind and mental states are something complete in themselves. On the other side, it protect us from the notion that subject matter on its side is something isolated and independent…”


Minat dan disiplin adalah aspek-aspek aktivitas yang memiliki tujuan. Di sisi lain, minat dan disiplin melindungi kita dari berbagai dugaan dimana pikiran dan mental adalah dua hal yang saling melengkapi.

Bagi para pebasket PIMNAD, disiplin menjadi sangat penting. Sebagai pebasket yang berasal dari daerah luar Jawa, konotasi bahwa perbasketan mereka kalah maju dibandingkan Jawa begitu lekat. Mereka perlu menanamkan rasa kepercayaan diri yang kuat lewat latihan yang keras dan spartan serta menjalani kehidupan yang tertib untuk mengeliminasi kekurangan yang ada. Apalagi mereka pun kalah postur dibandingkan tim-tim anggota Kobatama yang lain.

Namun kalah postur bisa disubtitusi lewat kecepatan. Maka dalam latihan fisik sehari-hari, menu yang harus disantap adalah berlari sekitar 6 km di kawasan berbukit Setiabudi Regensi Bandung. Mereka pun harus melakukan latihan sprint di tanjakan. Menurut pelatih fisik tim nasional bola basket, Octavianus Matakupan, latihan fisik di pegunungan menjadi tren pemusatan latihan di seluruh dunia. Selain meningkatkan daya tahan, latihan itu membuat seorang atlet memiliki kemampuan memaksimalkan kemampuan paru-paru menghisap oksigen (VO2max).

Latihan yang berat dan spartan memang memerlukan kekuatan mental tersendiri untuk melaksanakan secara konsisten. Namun semua pemain PIMNAD menyukainya (lihat tabel II.4 dan II.5). Para pemain juga bisa menerima menu latihan di daerah perbukitan. Sebanyak 85,7% pemain bisa menerima menu itu sebab hanya dengan cara itulah mereka memiliki ketahanan fisik, kekuatan otot, dan kecepatan untuk mengeliminir segala kekurangan saat menghadapi tim lain.

Dalam kemiliteran menanamkan sikap disiplin salah satunya dengan hukuman fisik. Lukman Hasibuan tidak memberikan toleransi atas kesalahan-kesalahan fundamental yang dibuat pemainnya. Lebih baik memberikan hukuman fisik saat latihan atas kesalahan yang dibuat daripada mereka melakukan kesalahan saat bertanding yang bisa berdampak pada kekalahan. Hukuman fisik yang diberikan mulai dari berlari, sampai ditampar.

"Jika merasa berbuat salah, para pemain sudah otomatis menyorongkan badan untuk diberikan hukuman. Mereka sudah tahu makna latihan dengan disiplin tinggi,” jelas Lukman Hasibuan, dokter yang sehari-hari bertugas sebagai Kepala Rumah Sakit Lhokseumawe.

Yang mencengangkan, para pemain yang rata-rata berpendidikan itu bisa menerima segala hukuman, termasuk yang terberat berupa tamparan.Kedisiplinan dalam latihan sehari-hari berdampak pada kualitas mental para pemain PIMNAD. Mereka terlihat cekatan dalan menjalankan tugas sehari-hari baik di mess maupun di sekolah.

C. Keterbukaan Membuka Diri
Alfred North Whitehead (1861-1947) mengatakan bahwa pendidikan yang bagus akan membuat seseorang terbuka pada lingkungan yang bisa mengatasi segala persoalan. Mental seseorang tidak bisa dipisahkan dari badan. Jadi perkembangan mental seseorang ikut dipengaruhi oleh perkembangan fisiknya.

Whitehead juga mengatakan bahwa dua fungsi penting dari guru adalah menanamkan minat anak didik lewat contoh personality si guru. Fungsi kedua adalah mampu membuka dan membangun iklim pengetahuan dalam benak si anak didik.

Keterbukaan sangat dirasakan dalam keseharian di tim basket PIMNAD. Pekerjaan pelatih kepala tim PIMNAD sebagai dokter yang juga kepala rumah sakit Pupuk Iskandar Muda di Lhokseumawe, NAD, membuatnya mengenal dengan baik seluruh pemain. Kebanyakan para pemain pernah ditangani sebagai pasien oleh dr. Lukman Hasibuan. Lukman pun mengenal baik orangtua para pemain. Ketika sang anak menyatakan minat untuk menyeriusi basket dengan merantau ke Jawa, orangtua dan keluar memberikan dukungan penuh (lihat tabel II.9).

Keterbukaan juga ditanamkan di mess PIMNAD di Setiabudi Regensi. Ketika terjadi friksi kecil antarindividu, semua pemain dipanggil untuk membantu memecahkan masalah. Namun ketika terjadi friksi yang besar, Lukman menyelesaikannya dalam forum terbatas.

Tugas sebagai dokter di Lhouksemawe tak memungkinkan Lukman setiap saat mendampingi berlatih. Ketika kembali ke Lhouksemawe, ia meninggalkan modul-modul latihan yang harus dijalankan pemain dengan penuh tanggung jawab. Sebab mengabaikan modul latihan akan berdampak nyata saat latihan dipimpin langsung oleh Lukman. Selain itu, lewat keterbukaan para pemain pun saling mengingatkan.

Keterbukaan itu berdampak pada rasa hormat pemain kepada pelatih. Sebelum bertanding, para pemain PIMNAD memiliki kebiasaan bagus mencium tangan sang pelatih sebagai wujud rasa hormat atas tanggung jawab yang diberikan. Kebiasaan mencium tangan sang pelatih mungkin adalah satu-satunya hal yang terjadi di lapangan basket di seluruh dunia.

D. KEBERSAMAAN BERBUAH PRESTASI
Alfred North Whitehead dalam bukunya The Aims of Education mengatakan semua guru mengetahui bahwa buah pendidikan akan diperoleh jika dilakukan dengan penuh kesabaran. Kehidupan yang bisa saling menerima adalah manifestasi dari keberhasilan pendidikan. Kita tidak bisa hidup dalam skedul-skedul jika tidak diiringi dengan sikap saling mengerti dan memahami pada individu lain.

Nilai-nilai kebersamaan yang ditanamkan dalam tim oleh Lukman Hasibuan ternyata difahami secara nyata para pemain. Para pemain bisa menerima reward and punishment dengan penuh kesadaran. Selain mengejar prestasi lewat bola basket, mereka juga penuh kesadaran membiayai sendiri pendidikan (lewat orangtua masing-masing), karena kebutuhan sehari-hari di Bandung sudah dipenuhi oleh manajemen tim PIMNAD.

Kebersamaan itu membuahkan loyalitas tinggi pada setiap pemain. Mereka sama sekali tidak ingin pindah ke klub Kobatama lain. Namun pemain juga tidak menutup kemungkinan untuk mengikuti kompetisi profesional (IBL) yang tingkat persaingannya lebih ketat dibandingkan dengan Kobatama. Ada 6 ingin mengikuti Draft IBL sebagai pintu masuk berkompetisi di IBL sementara 8 orang (57,1%) menyatakan tak berminat bermain di IBL (lihat tabel II.15)

Para pemain juga mengakui bahwa latihan bersama-sama di Bandung lebih berprospek dibandingkan jika terus berlatih di Aceh. Mereka melihat bahwa dengan berlatih di kota Bandung lawan tanding bermutu akan diperoleh, juga belajar mandiri, dan kesempatan berprestasi akan terbuka lebar.

Pendidikan progresif yang dikembangkan John Dewey ternyata juga diterapkan dalam latihan keseharian para pebasket PIMNAD. Oleh pelatih Lukman Hasibuan, pemain diminta terus menerus melakukan pengulangan gerakan dengan intensitas yang ditambah. Kemampuan intensitas diperoleh dari latihan fisik dan ketahanan di kawasan berbukit.

Karena terbiasa berlatih berat di tempat yang memiliki oksigen tipis, penggunaan oksigen para pemain PIMNAD menjadi efisien. Ditambah dengan latihan tanding dengan lawan-lawan yang lebih bagus, skill para pemain PIMNAD pun terus terasah. Faktor non teknis yang kebanyakan menjadi kendala tim bisa diatasi lewat kebersamaan dan keterbukaan.

BAB III. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan, beberapa hal yang bisa disimpulkan adalah:
1. Pendidikan menjadi salah satu kunci keberhasilan tim basket PIMNAD bersaing di pentas Kobatama biarpun statusnya debutan (baru pertama kali berlaga). Komitmen itu datang dari diri para pemain. Berkat komitmen itu mereka dengan penuh kesadaran menyediakan waktu 3-8 jam sehari untuk belajar. Para pemain juga memiliki kesadaran membaca dimana 71,4% pemain memiliki kegemaran membaca di atas rata-rata. Mereka pun dengan penuh kesadaran membiayai sekolah/kuliah di Bandung dengan biaya dari orangtua. Dukungan penuh untuk menekuni sekolah dan basket diperoleh dari keluarga masing-masing pemain.

2. Kedisiplinan di segala hal juga menjadi kunci penting prestasi tim basket PIMNAD di pentas Kobatama. Para pemain dengan senang menjalani program latihan berat yang dilakukan sehari-hari. Pemain 100% menyukai latihan spartan yang dikembangkan oleh pelatih dr. Lukman Hasibuan. Pemain pun tak memasalahkan latihan fisik yang dilakukan dengan berlari sekitar 6 km setiap hari (85,6%). Para pemain juga menerima (100%) jika hukuman terberat berupa tamparan harus diterima. Mereka semuanya pernah kena tamparan (100%) dari pelatih akibat kesalahan-kesalahan fundamental yang dilakukan saat berlatih.

3. Perasaan senasib dan sepenanggungan para pebasket PIMNAD yang merantau ke Pulau Jawa membuat mereka saling terbuka satu sama lain. Lukman sukses mengadopsi pemikiran Alfred North Whitehead yang mengatakan bahwa dua fungsi penting dari guru adalah menanamkan minat anak didik lewat contoh personality si guru dan mampu membuka dan membangun iklim pengetahuan dalam benak si anak didik.

4. Kesuksesan bisa diperoleh lewat kebersamaan. Pendidikan progresif yang dikombinasikan dengan latihan spartan ternyata bisa menghasilkan prestasi tertinggi pada penampilan perdana PIMNAD di Kobatama. Para pemain juga mengakui bahwa latihan bersama-sama di Bandung lebih berprospek dibandingkan jika terus berlatih di Aceh. Mereka melihat bahwa dengan berlatih di kota Bandung lawan tanding bermutu akan diperoleh, juga belajar mandiri, dan kesempatan berprestasi akan terbuka lebar. Nilai-nilai kebersamaan yang ditanamkan dalam tim oleh Lukman Hasibuan ternyata difahami secara nyata para pemain. Para pemain bisa menerima reward and punishment dengan penuh kesadaran.

5. Kombinasi yang apik antara pendidikan, kedisiplinan, kebersamaan, dan keterbukaan berhasil menciptakan sebuah tim juara, dalam hal ini PIMNAD. Teladan apa yang dilakukan oleh tim PIMNAD bisa ditiru oleh tim-tim olahraga lain di Indonesia sebab selama ini para atlet jarang bisa sukses sebagai pemain maupun prestasi akademik sebagai mahasiswa/pelajar. Faktor ketokohan yang kuat dari dr. Lukman Hasibuan menjadi salah satu kunci keberhasilan PIMNAD.

2 comments:

Fritz E. Simandjuntak said...

Hasil studi kasus yang baik. Tetapi apakah hanya 2 variable yang membuat PIMNAD sukses (pendidikan dan disiplin). Bagaimana dengan kualitas pelatih dan metode latihan?

Eko Widodo said...

bang, ada empat parameter. tadi belum kelar update. trimakasih bang masukannya.