Coffee Break

Phil Jackson (NBA head coach with 10 championship rings) said "If you think practice is boring, try sitting on the bench. For every dream there is a sacrifice."

"Winning is about thinking one step ahead"

"Kemerdekaan sejati lahir dari keberanian mengikuti kata hati"

Wednesday, September 3, 2008

Rambut dalam Olahraga: Ekspresi Kebebasan dan Rasa Percaya Diri

“Rambut adalah simbol kebebasan individu. Lewat ekspresi rambut, manusia dihargai kodratnya sebagai manusia, bukan mesin!” ungkap Johnny Damon, skuad Boston Red Sox usai menjuarai final liga bisbol Amerika Serikat (AS), World Series 2004. Damon, yang sekarang bermain untuk NY Yankees, sengaja memelihara rambutnya gondrong mirip bintang film Renegade, Lorenzo Lamas.

Lain Damon lain pula Shane Hamman. Berkat penampilan lain dari yang lain, lifter AS, Shane Hamman, dikenali presiden George W. Bush saat tim AS ke Olimpiade 2004 berkunjung ke Gedung Putih. Hamman adalah lifter kelas berat yang dua kali tampil di Olimpiade (2000 Sydney dan 2004 Athena) dikenal sebagai Manusia Terkuat di AS. Ia memiliki ciri khas jenggot sepanjang 8 inch (sekitar 20 cm).



”It’s cool, Shanel. I like it,” demikian ucapan presiden Bush seperti ditirukan Hamman kepada koran USA Today edisi 15 Desember 2004.
Hamman disebut manusia terkuat Amerika karena memiliki rekor angkatan skuat 1.000 pon (453,6 kg), clean and jerk 500 pound (226,8 kg), dan snatch 430 pound (195 kg). Ia bertanding angkat besi di kelas 105 kg.

”Jenggot yang diikat (goatee) adalah ciri khasku. Ia cocok sekali dengan karakteristikku,” ungkap pria kelahiran 20 Juni 1972 ini. Dengan tinggi badan 175 cm, Hamman memiliki berat 136 kg dengan lingkar leher 22 inch (55 cm), bisep 22 inch (55 cm), dan lingkar paha 35 inch (88 cm).

Baik Damon maupun Hamman adalah contoh ekspresi atlet menggunakan rambut. Di sepakbola, potongan rambut ala David Beckham (Real Madrid) selalu ditunggu para pemujanya. Sedangkan di basket, potongan cornrows ala Allen Iverson (76ers, Denver) menjadi mode yang bertahan sampai sekarang. Bahkan komunitas streetballer secara tak resmi menjadikan rambut potongan Iverson menjadi model acuan.

Penggemar NBA pasti masih ingat juga bagaimana mantan pemain Denver Nuggets, Chris Andersen sering gonta-ganti rambut. Ia pernah menata rambut bergaya spikes setinggi 8 inch (20 cm) saat datang ke lapangan, yang akhirnya diminta pelatih untuk membasuh rambut itu dengan air usai pemanasan agar tak mengganggu pemain kawan maupun lawan. Andersen juga menyukai potongan rambut ala tentara Viking dalam legenda cerita Skandinavia.

Beda lagi dengan bintang tim NBA Utah Jazz asal Rusia, Andrei Kirilenko. Kirilenko sangat memahami ketokohannya, baik di AS maupun negeri asalnya. Maka ia sering berganti mode setiap 3-4 bulan. Kadang-kadang model old-school boy, atau spiky highlights, atau crazy Mohawk.



“Saya hanya ingin menyuntikkan energi baru saat berada di lapangan. Saya lebih senang menggunakan rambut sebagai media aktualisasi daripada tato. Saya juga tak mau menjadi tokoh negatif para fans lewat kegiatan merokok atau minum-minum,” ungkap Kirilenko yang membawa Utah Jazz ke final wilayah Barat NBA Play-off 2007 melawan San Antonio Spurs.

Perkembangan Mode Rambut

Perkembangan mode rambut di olahraga identik dengan komunitas. Pada tahun 1950-an, mode yang paling terkenal adalah the flattop buzz cut. Astronot NASA banyak memotong rambutnya dengan model ini. Bahkan sampai sekarang, potongan rambut flattop masih banyak diminati di kalangan astronot. Dalam klip lagu ”Come Together”, kelompok musik legendaris asal Inggris, the Beatles memperkenalkan potongan rambut ini dan mengindentikkan dengan aliran konservatif.

Dalam skandal Watergate, potongan rambut H.R. Haldeman menjadi salah satu kenangan visual model flattop. Julukan Halderman di White House adalah ’the brush”. Di pentas olahraga, quarterback Baltimore Colts, Johnny Unitas, adalah contoh atlet yang menggunakan potongan rambut the flattop buzz cut.

Di era 1960/70-an, bentuk potongan rambut pun berbeda. Bintang NBA asal Philadelphia 76ers, Julius ‘Dr J” Erving memperkenalkan model afro. “Pistol’ Pete Maravich hadir dengan potongan floppy locks yang match benar dengan kaos kakinya, floppy socks. Oakland Athletics reliever, Rollie Fingers bergaya dengan model kumis yang dipelintir (handlebar mustache). Lain halnya dengan New York Jets running back, John Riggins yang bergaya dengan rambut ala mohawk. Sedangkan quarterback Jets, Joe Namath berdandan dengan rambut shaggy dengan kumis ala Fu Manchu.

Pada tahun 1980-an, gaya rambut atlet pun berubah. Michael Jordan, superstar NBA dari Chicago Bulls mencukur plontos rambutnya. Kontan popularitas Jordan membuat pebasket NBA melihat kepala plontos menjadi salah satu mode menarik yang ternyata bertahan sampai sekarang.

Goose Gossage, reliever New York Yankees memilih memotong pendek rambut namun memelihara kumis Fu Manchu. Itu dilakukan Gossage untuk menjawab larangan pemilik Yankees, George Steinbrenner yang melarang para pemain Yankees berambut panjang/gondrong.



Pada era 1990-an, tren rambut diwarnai oleh mode yang dibawa Andre Agassi (tenis) dan pitcher Randy Johnson (bisbol) yang memotong rambutnya tipis di depan, samping, dan depan namun memanjangkannya di bagian belakang (mullets).
Sedangkan Dennis Rodman, pebasket Chicago Bulls datang dengan rambut yang dicat warna-warni dengan warna pelangi. Jimmy Johnson, pelatih Dallas Cowboys, di era ini berpenampilan dengan menyemprotkan hair spray sehingga rambutnya terlihat kelimis.


Di era 2000-an, munculnya generasi Allen Iverson membuat tren rambut kembali berubah. Iverson membawa mode corn-row yang bertahan sampai sekarang.

Tak Mau Kalah

Bagi atlet profesional, penampilan menjadi salah satu faktor penting menuju ketenaran. Selain tenar, pundi-pundi penghasilan juga akan bertambah jika dikontrak produk-produk fashion maupun merchandise. Dalam urusan dandan, para olahragawan pria pun tak mau kalah dengan wanita.



”Mereka adalah bintang-bintang. Ibaratnya musik rock, mereka adalah pusat tontonan,” ungkap ahli kecantikan Louis Licari. Licari memiliki salon ternama di New York dan Beverly Hills bernama ’King of Color’ karena kepiawaiannya memadu warna. “Status sebagai superstar membuat para atlet melakukan pilihan penampilan, salah satunya lewat rambut. Kebetulan mereka pun tak bermasalah dengan berapa pun biayanya.”


Para atlet kondang memiliki tukang potong rambut langganan, yang biasanya juga menangani kaum selebritas. Sally Hersberger misalnya. Tukang potong rambut Meg Ryan, Jennifer Aniston, dan Jane Fonda ini menjadi tukang potong rambut petenis Roger Federer. Kepada para selebritas itu ia memungut ongkos US$ 600 (sekitar Rp 5,4 juta).

Quarterback Carolina Panthers, David Carr, menyenangi potongan rambut pendek. Lain halnya Johnny Damon yang suka berpenampilan gondrong. Carr pernah sengaja gondrong saat menjadi rookie 2002. Ia dan ayahnya berkaul baru akan memotong rambut jika timnya Houston Texans menang dua kali berturutan (back to back). Media kontan menangkap berita menarik itu. Saat kaulnya tercapai, Carr dan ayahnya memotong rambut di auditorium stadion Reliant diliput 9 stasiun TV secara langsung.



“Sungguh tak nyaman saat rambut dipotong ditonton langsung 60-70 orang. Belum lagi yang melihat lewat televisi secara langsung,” ungkap Carr. Shaida Kootahi, si tukang potong rambut langganan Carr pun merasa grogi. ”Saya nervous juga,” ungkap Kootahi yang tak biasa pekerjaannya dilihat begitu banyak orang. Untuk jasa Kootahi, Car membayar US$ 28 saja berikut tip US$ 100.


Apakah ada atlet pria yang memelihara rambut tak mau kalah dengan wanita hingga sepinggang? Dialah San Jose State defensive tackle, Buick Tuua. Pria berdarah Samoa ini pede dengan rambut panjang sepinggang. ”Saya tak memotongnya sejak kelas satu SMP,” ungkap Tuua. Apa alasannya memanjangkan rambut? ”Rambut panjang memberiku energi ekstra. Ia salah satu sumber kepercayaan diriku,” ungkap Tuua kepada koran USA Today.

Bagi pemain football tim Pittsburgh Steeler di posisi safety, Troy Polamalu, rambut panjang membuatnya memiliki karakter pahlawan seperti dalam legenda-legenda dunia. ”Rambut panjang membuatku identik dengan tokoh Samson yang mempunyai rambut panjang sebagai sumber kekuatannya sebelum dipotong Delilah. Tokoh suku Indian, Samurai di Jepang, Yunani, atau legenda Cina semuanya berambut panjang, bukan?” ungkap Polamalu.

Namun tak semua atlet beranggapan bahwa rambut panjang atau memiliki rambut yang tertata berkorelasi dengan penampilan sebagai seorang juara. Pemegang medali emas Olimpiade musim dingin di cabang speedskater, Apolo Anton Ohno, mengaku tak mau ambil pusing dengan urusan rambut dan penampilan. ”Saat saya berlomba, penampilan diri adalah nomor dua. Saya berkonsentrasi penuh pada nomor olahraga yang saya geluti,” ungkap Ohno.

Dana Amal Lewat RambutLewat rambut ternyata bisa menolong sesama yang kesusahan. Lihatlah apa yang dilakukan atlet snowboard AS, Lindsey Jacobelis. Sejak usia 19 tahun, Lindsey mendonasikan rambutnya ke yayasan Locks of Love.

Locks of Love (situs resminya http://www.locksoflove,org/) yang bermarkas di Lake Worth, Florida, bergerak di bidang bantuan untuk anak-anak usia 18 tahun ke bawah yang mengalami masalah kehilangan rambut karena penyakit alopecia areata dan akibat kanker.

“Rambut saya bisa sampai ke pinggang. Ketika dipotong, ia akan dibuang begitu saja. Saya memilih biarlah locks of love yang memangkasnya,” ungkap Jacobelis. Rambut-rambut itu dirangkai untuk kemudian dijadikan wig yang akan dipakai oleh anak-anak yang menderita kelainan. Diperlukan waktu sekitar 4 bulan untuk membuat sebuah wig (terdiri dari 140 ribu untai rambut atau 6-10 rambut poni). Di pasaran, harganya mencapai US$ 3.500-6.000.

Atlet football jebolan Oregon State, Keller Christensen, mendonasikan rambut sepanjang 16 inch (sekitar 40,6 cm) miliknya ke Locks of Love. Christensen adalah penggemar rambut panjang. Untuk mendapatkan rambut sepanjang 16 inch itu diperlukan waktu tak kurang 2,5 tahun. ”Saya mendengar Locks of Love dari seorang teman. Akhirnya saya memutuskan mendonasikan rambut saya,” ungkap Christensen.

Namun tak semua rambut hasil donasi bisa langsung digunakan. Menurut Susan Stone, direktur eksekutif Locks of Love, per minggu ia menerima 2.000-3.000 donatur. Namun 70% tak bisa digunakan. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar rambut bisa digunakan adalah:1. Panjang rambut minimal 10 inch (25,4 cm)2. Rambut mesti dibundel mirip ekor kuda (ponytail) atau dikepang (braid)3. Rambut harus bersih dan kering.4. Rambut boleh berwarna alami bukan karena bleaching atau efek kimiawi.

Sedikit Rambut, Tambah Cepat

Peranan rambut dalam olahraga renang sedikit berbeda. Meskipun banyak atlet renang yang berambut panjang, namun saat mereka berenang, kontak rambut dengan air harus diminimalkan. Mengapakah demikian?

Air lebih padat dibandingkan udara. Seorang perenang memerlukan energi 5-10 kali lebih besar dibandingkan pelari. Kemampuan mengapung manusia di air ditentukan oleh kecepatan kayuhan tangan/kaki, hambatan (resistance), dan gaya tarik (drag).Manusia adalah perenang tak efisien dibandingkan ikan lumba-lumba. Efisiensi lumba-lumba mencapai 80-90 persen, sementara efisiensi perenang terbaik dunia hanyalah 10%. Alasannya adalah bahwa badan manusia memang tidak didesain untuk hidup di air, tidak aerodinamis (streamlined), dan harus mengayuh untuk bisa melawan hambatan di air. Dalam gambar ini, orang di atas lebih streamlined daripada yang di bawah.

Drag adalah gaya hambat yang menghalangi pergerakan perenang di air. Drag diilustrasikan berlawanan dengan gerakan perenang.

Gesekan antara air dengan kulit perenang mempengaruhi tarikan molekul air. Karena dalam perlombaan renang selisih kemenangan bisa hanya 0,01 detik, maka pengaruh gesekan dengan tubuh bisa berpengaruh secara signifikan. Semakin sedikit gesekan yang terjadi, maka gerakan si perenang akan semakin cepat.

Gesekan dengan tubuh perenang disebabkan oleh 3 variabel wilayah permukaan kulit, tekstur permukaan kulit, dan kecepatan. Perenang bisa mengontrol sendiri variabel tekstur permukaan kulit dengan mencukur rambut. Secepat apakah manusia berenang melawan ikan?

Kecepatan Berenang Manusia vs Ikan
Spesies Kecepatan (km/jam)
Sailfish (hiu gergaji) 110 km/jam
Bluefish; ikan tuna 70 km/jam
Ikan Paus Biru 64 km/jam
Ikan Paus Sperm 32 km/jam
Ikan Paus Bongkok 14 km/jam
Manusia 13 km/jam

Dalam tiga dekade terakhir, perenang biasanya mencukur habis rambut di permukaan kulit yang kontak langsung dengan air. Rambut di kepala biasanya juga dicukur gundul. Kalaupun tidak dicukur, kepala perenang biasa memakai penutup kepala yang bertekstur licin. Namun penemuan teknologi pakaian renang yang revolusioner membuat perenang tidak perlu lagi mencukur rambut semuanya jika ia menggunakan pakaian itu.

Penelitian yang dilakukan Sharp and Costill (1989) terhadap konsentrasi asam laktat darah dan panjang kayuhan perenang sebelum dan sesudah memotong rambut, menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perenang yang memotong rambutnya, panjang kayuhannya 10% lebih tinggi, energi yang diperlukannya lebih sedikit 21% dibandingkan mereka yang tidak memotong rambut.

Jadi, semakin sedikit rambut kontak dengan air, makin cepatlah ia bergerak di air!



DAFTAR PUSTAKA
Flat-Top Crewcuts. (http://www.pathguy.com/flattop.htm)

Fortin, Francois. 2000. Sports: The Complete Visual Reference. Firely Books Ltd, Canada.

Intisari. 2002. Rahasia Tubuh Tersimpan di Rambut. (http://www.indomedia.com/ Intisari/2002/01/warna_rambut1.htm)

Johnny Unitas profile. (http://www.cmgww.com/football/unitas/)

Kompas Cyber. 2002. Agar Rambut Selalu Sehat. (11-04-2004, 1906 WIB - KOMPAS Cyber Media - Kesehatan.htm

Pictures NBA, NFL, and MLB Players at http://www.yahoo.com/

Profile National Football League Players at http://www.nfl.com/players/ playerpage/396174

United States Olympic Team. Profile Shane Hamman. (http://www.usolympicteam.com/ 26_828.htm)

USA Today. 2004. Donating hair supply is kids' sweet dreams. Sports Section, sports/2004-12-14

USA Today. 2004. Hair care 'neurotic' practice for athletes. Sports Section, sports/2004-12-14

USA Today. 2004. More male athletes find root of expression in their hair. Sports Section, sports/2004-12-14

Zumerchik, John. 1997. Encyclopedia of Sports Science volume 2. Simon and Schuster MacMillan, New York, USA

No comments: