Coffee Break

Phil Jackson (NBA head coach with 10 championship rings) said "If you think practice is boring, try sitting on the bench. For every dream there is a sacrifice."

"Winning is about thinking one step ahead"

"Kemerdekaan sejati lahir dari keberanian mengikuti kata hati"

Thursday, September 4, 2008

Memetik Hasil Benih Unggul

(Tuesday, 17 June 2008) - Fenomena performa Belanda di Euro 2008 sungguh mencengangkan. Wesley Sneijder dkk. membawa kembali the new era of total football. Serangan bergelombang yang dibangun De Oranje membuat lawan bingung sebab semua pemain bisa mencetak gol!

Hebatnya lagi, 17 pemain asuhan Marco van Basten tergolong berusia muda (10 orang berusia antara 21-25 tahun dan 7 berumur 26-30 tahun). Bandingkanlah dengan Prancis maupun Italia, rekan segrup Belanda yang masih mengandalkan skuad uzur di atas 26 tahun.

Dari data liga yang diikuti, ada 16 pemain Belanda yang dimatangkan oleh kompetisi luar negeri. Sementara itu, Italia hanya mengekspor 4 pemain dan Prancis 13 pemain. Hukum Uni Eropa (EU) sangat memungkinkan mobilitas pemain, jual-beli tenaga kerja pesepakbola, perdagangan hak siar, dan berbagai komponen yang berkaitan dengan industri olahraga.

Sejak Traktat Roma disetujui pada 1957, Uni Eropa bergerak total di semua sektor, termasuk sepakbola. Sepakbola Eropa mengalami perubahan dramatis sejak 15 Desember 1995. Hari itu diberlakukan aturan Bosman, khususnya menyangkut transfer pemain.


Anda pasti ingat, Jean Marc Bosman adalah pemain Belgia yang tergabung dalam klub RFC Liege (Belgia). Saat kontraknya habis, ia minta ditransfer ke klub Prancis, Dunkerque. Liege tak mau melepas Bosman secara cuma-cuma, sedangkan Dunkerque tak berminat membayar uang transfer.

Sebagai warga negara Uni Eropa, Bosman menggunakan pasal 48 Traktat Roma (yang sekarang menjadi pasal 39 Traktat Uni Eropa) bahwa ia bebas pindah ke mana pun di Uni Eropa yang mau mempekerjakannya.

Sebelumnya klub adalah majikan pemain. Bosman akhirnya memenangi perkara. Pemain pun menjadi subjek dalam industri olahraga Eropa.

Dengan berlakunya aturan Bosman, klub tidak berhak lagi menahan pemain yang kontraknya selesai agar mendapatkan kompensasi. Pemain itu masuk kategori bebas transfer.

Tenaga Kerja Sepakbola

Mengikuti hukum ekonomi, supply-demand juga terjadi di sepakbola Eropa. Tak hanya di sepakbola, industri olahraga yang lain juga mengalami ’sports labour movement’ pada 1990-an.

Menurut dua peneliti, Joseph Maguire dan Robert Pearton (2000), dalam jurnal berjudul Global Sport and the Migration of World Cup Player, migrasi atlet terjadi di semua cabang olahraga profesional. Maguire adalah profesor sosiologi Universitas Loghborough Inggris, sedangkan Pearton adalah profesor sosiologi Universitas Colorado (AS). Laju perpindahan pesepakbola pasti tinggi usai perhelatan besar yang digarap dengan canggih oleh media elektronik (televisi), termasuk di Euro 2008.

Karena ada permintaan (demand) tinggi di Eropa, pergerakan pesepakbola (supply) pun berlangsung. Selain dari Uni Eropa, aliran tenaga kerja juga datang dari pecahan-pecahan Uni Soviet, perpecahan Yugoslavia, atau terpisahnya Cekoslowakia menjadi Rep. Ceska dan Slovakia. Juga migrasi dari eks Eropa Timur.

Sejalan dengan perkembangan pemasaran olahraga (sports marketing), Benua Afrika, Asia, Amerika, maupun Australia perlu memiliki wakil. Karena itu, berduyun-duyunlah rombongan multiras tadi memasuki Eropa. Hebatnya lagi, dengan cerdik Uni Eropa menerapkan kebijakan mikro maupun makro untuk pengembangan industri sepakbola mereka.


Jadi, janganlah heran jika belakangan ini ada pesepakbola dari negeri jiran ada di Premier League. Ada kepentingan makro yang berhubungan dengan pengembangan pasar di sana.

Dampak Signifikan

Penelitian yang dibuat Raffaele Poli (2006) mengatakan bahwa pasar tenaga kerja olahraga Eropa, khususnya sepakbola, berdampak signifi kan untuk negara-negara Afrika, yang memiliki potensi. Peneliti dari International Center for Sports Studies Universitas Neuchatel, Swiss, ini juga melihat bahwa terjadi peningkatan kemakmuran pada mereka yang sukses menjadi pemain utama di klub-klub Eropa.

Kemakmuran itu sudah di depan hidung perhelatan Euro 2008. ”Pendapatan kami mencapai 1,3 miliar euro. Terbesar diperoleh dari peningkatan kontrak hak siar televisi dan sponsorship yang mencapai 50% lebih besar dari Euro 2004,” kata David Taylor, Sekjen UEFA, seperti dikutip SportBusiness.

Dampak langsung dirasakan Swiss dan Austria, dua negara makmur di Eropa. Karena makmur dan memiliki pendidikan tinggi, para teknokrat olahraga di Austria-Swiss sukses membuat kajian yang akhirnya bisa merebut hak penyelenggaraan Euro 2008, event terbesar ketiga dunia setelah FIFA World Cup dan Olimpiade.

Kebijakan ’memilih pemain’ sungguh dipahami Marco van Basten. Ia memilih pasukan yang segar, muda, makmur, dan juga mempunyai mobilitas tinggi. Basten tampaknya paham benar teori ’human motivation’ dalam bentuk piramida yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1943).

Kebutuhan para pemain Belanda di level terbawah (physiological), safety, love/belonging, hingga esteem, sudah diperoleh. Aktualisasi diri sebagai piramida tertinggi itulah yang kini ada di benak para pemain Belanda. Jika itu sungguh tertanam di benak Sneijder dkk., Belanda tinggal menunggu hari penobatan mahkota! eko@bolanews.com

2 comments:

ainul ridha, the nice seen said...

Bang Eko,

Belanda, negara yang pernah menjajah kita, tidak ada salahnya jika kita juga bermimpi untuk mengikuti mereka untuk menghasilkan talenta-talenta muda.
Namun jika pola pengembangan olahraga kita khususnya sepakbola masih seperti ini maka angan-angan untuk menghasilkan pemain sepakbola berkualitas hanya tinggal mimpi.
Sebenarnya kita bisa, jika kita mau berfikir agak sedikit menelikung.
Mungkin bisa dibaca di http://ainulridha.blogspot.com/2008/08/membangun-sepakbola-indonesia-masa.html
Mohon komentar Bang Eko untuk hal ini.

Salam

ainul ridha, the nice seen said...

Bung Eko, aku coba masukkan tulisan Membangun Sepakbola Masa Depan ke ini dalam detik forum dan kaskus forum. ternyata banyak juga tanggapan dari para netter.

Bisa di lihat diskusinya yang sangat konstruktif pada http://forum.detik.com/showthread.php?t=55703, dan http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1084895

mohon tanggapannya juga..

O ya bung, apakah di Bola masih ada diskusi dengan topik tertentu. Apakah mungkin topik yang aku angkat ini bisa menjadi bahan diskusi? Aku siap untuk mendiskusikannya, sekaligus untuk mempertajam konsep yang ada. Mudah-mudahan bisa menjadi starting point untuk perubahan sepakbola di masa depan.

Terima kasih