Coffee Break

Phil Jackson (NBA head coach with 10 championship rings) said "If you think practice is boring, try sitting on the bench. For every dream there is a sacrifice."

"Winning is about thinking one step ahead"

"Kemerdekaan sejati lahir dari keberanian mengikuti kata hati"

Monday, September 8, 2008

Bagaimana Meningkatkan Pendidikan Jasmani di Indonesia (Kajian Pedagogik-Andragogik)

I. MAKNA PENDIDIKAN JASMANI
Apakah tujuan kita berolahraga? Tujuan berolahraga adalah menciptakan pola hidup seimbang antara kualitas fisik, intelektual, emosional, dan spiritual.

Ada tiga pembagian aktivitas olahraga yakni olahraga kompetitif/olahraga prestasi, pendidikan jasmani (dulunya bernama pendidikan olahraga), dan olahraga masyarakat (olahraga rekreasi, olahraga kesehatan, olahraga adaptif, olahraga tradisional, dan tari). Unsur-unsur dalam olahraga adalah aktivitas fisik, perjuangan; ketergantungan (pada diri sendiri, orang lain, alam), sportif (fairplay), dan pendidikan.

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan. tujuan pendidikan jasmani selaras dengan tujuan umum pendidikan. Pendidikan jasmani juga berhubungan erat dengan empat pilar pendidikan yakni belajar untuk hidup bersama, belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, dan belajar menjadi seseorang.

Tujuan belajar ialah menghasilkan perubahan perilaku yang melekat. Proses belajar dalam pendidikan jasmani, juga bertujuan menimbulkan perubahan perilaku. Guru mengajar agar terjadi proses belajar. Melalui proses tersebut, maka terjadi perubahan perilaku.

Secara sederhana, pendidikan jasmani adalah proses belajar untuk bergerak dan belajar melalui gerak. Maksudnya, selain belajar dan dididik melalui gerak untuk mencapai tujuan pengajaran, dalam pendidikan jasmani anak diajari untuk bergerak. Melalui pengalaman itu akan terbentuk perubahan dalam aspek jasmani dan rohani.

Pernyataan ini seolah-olah aneh bagi kita. Mengapa anak perlu diajari bergerak? Bukankah keterampilan itu dapat dikuasai tanpa harus dipelajari atau diajarkan? Jawaban itu benar namun hanya berlaku untuk kemampuan yang terkait dengan kematangan. Jika tiba saatnya, dan anak sudah siap sesuai dengan peningkatan usia, maka tanpa belajar sekalipun ia dapat berjalan atau bercakap-cakap. Keterampilan-keterampilan tersebut masuk kriteria keterampilan yang dikuasai karena faktor kematangan.

Sebaliknya banyak keterampilan gerak yang hanya akan dikuasai dengan baik melalui proses belajar. Keterampilan suatu cabang olahraga, yang selanjutnya bermanfaat sebagai pengisi waktu senggang, hanya akan dapat dikuasai dengan memuaskan bila dipelajari dengan sebaik-sebaiknya. Prosesnya mencakup kegiatan latihan atau pelaksanaan tugas-tugas secara berulang.

Dengan demikian, anak akan mampu menggunakan tubuh secara efisien, bahkan didasari dengan pemahaman. Dampak lebih lanjut adalah anak memiliki kebiasaan. Diharapkan, keterampilan itu akan dilakukan sepanjang hayat. Aktivitas berolahraga menyumbangkan perkembangan kebugaran jasmani.

Perkembangan jasmani anak, tidak semata-mata bergantung pada proses kematangan. Perkembangan juga dipengaruhi oleh pengalaman gerak baik ditinjau dari aspek mutu maupun banyaknya pengalaman. Anak harus memperoleh banyak kesempatan untuk bergerak dan bermain.

Namun, kegiatan itu harus disertai dengan bimbingan dan dorongan dari orang dewasa, termasuk orangtua dan guru. Melalui bimbingan itu, anak akan mampu bergerak dengan riang, penghematan tenaga, dan gerakannya terkendali. Inilah salah satu alasan, mengapa diperlukan pengalaman gerak melalui pendidikan jasmani.

Proses lainnya, yang lebih penting ialah belajar melalui gerak. Pengajaran yang berhasil adalah pengajaran yang mampu membangkitkan proses belajar. Belajar melalui pengalaman gerak, untuk tujuan pengajaran, merupakan salah satu ciri unik dari pendidikan jasmani.

Dalam pengertian yang lebih mendalam, proses pendidikan berlangsung melalui pelaksanaan aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga. Guru dan siswa saling mempengaruhi dalam pergaulan yang bersifat mendidik. Melalui interaksi semacam itulah, tujuan pengajaran dan pendidikan dapat terwujud.

Melalui proses belajar tersebut, pendidikan jasmani ingin mewujudkan sumbangannya terhadap perkembangan anak, yakni perkembangan yang tidak berat sebelah. Perkembangannya akan bersifat menyeluruh, sebab yang dituju bukan saja aspek jasmaniah yang lazim dicakup dalam istilah psikomotorik.

Perkembangan lain yang diinginkan adalah perkembangan pengetahuan dan penalaran yang dicakup dalam istilah kemampuan kognitif. Selain itu dicapai juga perkembangan watak serta sifat-sifat kepribadian yang tercakup dalam istilah perkembangan afektif.

Ketiga aspek perkembangan tersebut (psikomotorik, kognitif, dan afektif) semuanya dipahami sebagai satu kesatuan. Dalam kenyataannya, manusia pada hakikatnya merupakan kesatuan jiwa dan badan. Perkembangan kemampuan kognitif, dan sifat-sifat afektif yang dijelaskan tadi, berkaitan erat dengan perkembangan keterampilan gerak.

Di Indonesia, mata pelajaran pendidikan jasmani masih dianggap tidak penting. Mata pelajaran ini sering disisihkan. Lebih merana lagi, waktu yang seharusnya digunakan untuk kepentingan belajar pendidikan jasmani, diisi oleh kegiatan lainnya seperti rapat guru, piknik, atau keperluan lain.

Penyebab pendidikan jasmani kurang berkembang antara lain karena tidak didukung oleh sarana dan prasana olahraga yang memadai, seperti keadaan pekarangan sekolah yang sangat sempit. Juga dengan alokasi waktu yang sangat terbatas. Bisa dibayangkan amat terbatasnya sumbangan mata pelajaran pendidikan jasmani bagi perkembangan anak, bila dilaksanakan hanya satu kali per minggu. Semakin terbatas sumbangannya, karena pertemuan sangat terbatas, yaitu antara 1/3 hingga 2/3 dari waktu tersedia.

Dengan curahan waktu yang relatif singkat, rangsangan yang diberikan kepada anak kurang mencukupi kebutuhan untuk berkembang. Itulah sebabnya, kita mengharapkan pengembangan pendidikan jasmani diarahkan untuk melaksanakan pengajaran yang lebih tertata. Dengan demikian, keterampilan gerak dan kemampuan fisiknya semakin berkembang.

Kemajuan yang dicapai itu, diikuti pula oleh kemajuan dalam penguasaan keterampilan, maupun peningkatan kemampuan jasmani, seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, penguasaan keterampilan gerak itu tidak selalu sejalan dengan peningkatan usia.

II. KETERAMPILAN GERAK DAN KEBUGARAN
Perkembangan keterampilan gerak merupakan inti program pendidikan jasmani. Perkembangan keterampilan gerak bagi anak-anak adalah perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar berkaitan dengan olahraga. Keterampilan gerak dikembangkan dan diperhalus hingga taraf tertentu yang memungkinkan anak mampu melaksanakan dengan tenaga yang hemat dan sesuai keadaan lingkungan.

Bila anak sudah matang, kemampuan gerak dasar ini berkembang. Selanjutnya, kemampuan gerak dasar itu dapat mereka terapkan dalam aneka permainan, olahraga, dan aktivitas jasmani dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh memukul sebuah objek (misalnya bola) dari bawah, samping, atau atas, secara bertahap berkembang dan kemudian digunakan dalam berbagai keterampilan olahraga dan rekreasi.

Perkembangan kebugaran jasmani merupakan tujuan penting dalam program pendidikan jasmani di sekolah. Istilah kebugaran di sini, mencakup bukan hanya kebugaran jasmani yang mendukung kesehatan, tetapi juga kebugaran yang mendukung perfoma.

Pelaksanaan tugas gerak merupakan jantung pendidikan jasmani. Yang diutamakan adalah pengembangan dan penghalusan keterampilan gerak dasar yang akan menjadi dasar olahraga atau kegiatan rekreasi. Konsentrasi pelaksanaan tugas gerak untuk memperkaya perbendaharaan gerak anak. Atas dasar keadaan itulah dikatakan anak semakin terampil.

Sejumlah pengalaman belajar dalam pendidikan jasmani disediakan dengan tujuan memupuk kemampuan gerak perseptual. Gerak perseptual adalah proses gerak yang dihasilkan melalui penerimaan dan pemilihan rangsangan. Proses penerimaan dan seleksi rangsangan, hingga menghasilkan jawaban berupa gerak disebut persepsi. Proses ini melibatkan fungsi saraf yang amat rumit dan cepat.

Pengalaman belajar yang terdiri atas pelaksanaan tugas gerak itu diarahkan untuk mengembangkan kecerdasan seseorang. Bukti-bukti penelitian masih sedikit, tetapi kian meyakinkan. Pelaksanaan tugas gerak itu dapat merangsang simpul-simpul saraf. Rangsangan dari lingkungan itu memperkuat kaitan antara sel-sel saraf dalam otak.

Itulah sebabnya para ahli makin berbesar hati bahwa program pendidikan jasmani yang bermutu dapat menjadi wahana belajar yang efektif. Anak akan menyadari diri mereka, ruang, dan objek di sekitarnya. Perkembangan kemampuan itu sejalan dengan pemberian rangsangan atau tugas gerak yang menantang anak untuk menjawab empat persoalan: mengapa, apa, bagaimana, dan kapan tugas dilaksanakan.

Tidak diragukan lagi bahwa rangsangan berupa tugas gerak akan memacu perkembangan intelektualitas anak. Maka para pendidik pendidikan jasmani berkesimpulan bahwa bermain itu penting untuk memacu kemampuan gerak perseptual anak.Apakan program pendidikan jasmani berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa? Aktivitas jasmani dapat digunakan untuk memacu penguasaan konsep akademik. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu, yang kini mulai diterapkan di Indonesia, maka penyajian pengalaman gerak dalam pendidikan jasmani memacu peningkatan prestasi belajar siswa.

Apa yang dimaksud dengan pendekatan terpadu? Pendekatan ini bertitik tolak dari pandangan, bahwa anak memandang objek secara keseluruhan termasuk memahami isi pengetahuan dalam bidang studi yang diajarkan. Siswa tidak memandang bidang studi secara terpisah-pisah tetapi secara keseluruhan. Program pendidikan jasmani dapat dipadukan dengan beberapa komponen bidang studi lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa melalui tugas-tugas gerak dan bermain dalam pendidikan jasmani, guru dapat mengajarkan atau menanamkan konsep akademik. Misalnya, pembelajaran konsep matematika dan bahasa Indonesia dapat dilaksanakan melalui pendidikan jasmani.

Keuntungan dari pendekatan tersebut adalah pembelajaran konsep akademik itu sangat menyenangkan anak-anak. Belajar melalui aktivitas jasmani, memungkinkan anak untuk mempelajari istilah atau konsep yang konkret, ketimbang dalam pengertian yang abstrak. Perhatikan misalnya tentang istilah sudut. Di sekeliling anak dapat dijumpai aneka sudut. Hal itu sangat mudah diamati oleh siswa. Sambil melakukan pemanasan dalam pembukaan kelas misalnya, guru dapat mengajarkan konsep menambah dalam matematika. Sebagai contoh, guru memberikan instruksi sebagai berikut “Kalau ada bunyi peluit dua kali, kalian membentuk kelompok dengan masing-masing empat orang.”

III. LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI OLAHRAGA
Salah satu faktor penting dalam pendidikan jasmani di Indonesia adalah ketersediaan guru-guru pengajar yang bermutu. Sampai saat ini terdapat sekitar 35 lembaga pendidikan tinggi di bidang olahraga (LPTO) baik setingkat fakultas, jurusan, maupun program studi. Strata pendidikan mereka mulai dari Diploma 2 (D2), D3, Stara 1 (S1), S2, dan S3.

Program studi pada LPTO itu pada umumnya program studi pendidikan jasmani, pendidikan kepelatihan, dan program studi ilmu keolahragaan. Bidang lain yang menjadi kajian adalah spesialis kedokteran olahraga dan teknologi olahraga. Sayangnya LPTO itu belum menghasilan lulusan yang optimal dalam proses pembinaan olahraga secara nasional.

Keberadaan LPTO sebagai lembaga formal pendidikan olahraga yang memiliki tenaga dosen, laboran, teknisi, fasilitas, dan kurikulum sangat berperan dalam penciptaan tenaga pengajar pendidikan jasmani yang bermutu. Keberadaan LPTO harus dioptimalkan, terlebih lagi dengan adanya berbagai jenjang strata pendidikan (diploma, sarjana, magister, dan doktoral).

Keberadaan akademisi di lingkungan LPTO merupakan potensi dibentuknya pusat-pusat kajian olahraga. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat maka diperlukan pengembangan kajian olahraga dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan tersebarnya LPTO di berbagai daerah Tanah Air maka LPTO juga berpeluang menjadi sentra pengembangan, kajian, dan pendidikan bagi tenaga keolahragaan.

Meskipun berpeluang menjadi sentra pengembangan, kajian, dan pendidikan bagi tenaga keolahragaan Tanah Air, namun LPTO tak selalu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Beberapa faktor eksternal yang menjadi kendala adalah dikotomi antara pengalaman dengan pendidikan dalam dunia olahraga, krisis multidimensional, tidak jelasnya kebijakan politik (political will) pemerintah mengenai pembangunan manusia Indonesia lewat olahraga, kebijakan nasional berupa desentralisasi dan otonomi daerah, era globalisasi, perangkat hukum di bidang olahraga (UU Olahraga), bentangan wilayah Tanah Air sangat lebar, dan keterbatasan fasilitas olahraga.

Apa yang harus dilakukan LPTO menghadapi kendala-kendala tadi? Salah satunya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Juga harus meningkatkan kualitas layanan konsumen. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan peningkatan kultur akademik, pembangunan secara konstruktif sikap mental sivitas akademika, serta melakukan pengembangan kerjasama dengan berbagai institusi dan instansi pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

IV. KESIMPULAN
Pendidikan jasmani perlu mendapatkan perhatian serius agar terjadi perubahan dalam aspek jasmani dan rohani siswa sejak dini. Sebab pendidikan jasmani berhubungan erat dengan empat pilar pendidikan yakni mengajarkan belajar untuk hidup bersama, belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, dan belajar menjadi seseorang.


Adanya sarana olahraga yang memadai di setiap sekolah membuat pendidikan jasmani menjadi salah satu pelajaran yang sangat diminati.


Perlu adanya peningkatan kualitas tenaga pengajar pendidikan jasmani.

Secara makro harus ada political will pemerintah yang menjadikan olahraga sebagai salah satu alat menciptakan warga negara yang bermutu dan berdisiplin tinggi.

Attributes to: Ewendi Mangolo, Abdul Sukur, Mustafa Masyur


DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Harsuki, M.A. Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar. Jakarta: PT Rajagrafindo Perkasa divisi Buku Sport, 2003

Agum Gumelar. Kebijakan KONI Pusat dalam Pembinaan Olahraga Prestasi di Tanah Air. Makalah pada Sarasehan Masyarakat Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta, 2004

Prof. Dr. Iman Sujudi, M.A. Perkembangan Olahraga Indonesia. Makalah pada Seminar Akupunktur dalam Dunia Olahraga, Jakarta, 30 Juni 2003

Prof. Drs. Thoho Cholik Mutohir, M.A., Ph.D. Kebijakan Pemerintah di Bidang Olahraga. Makalah pada Sarasehan Masyarakat Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta, 2004

No comments: